Terulang Lagi Ditindak Tegas

Pembakaran flare seperti inilah yang tidak diperbolehkan. Akibatnya Semen Padang FC, didenda Rp100 juta kala menjamu Persib di laga kandang pertama, musim 2019 di Liga 1. Foto ini saat Semen Padang masih berkompetisi di kasta kedua musim lalu. (givo alputra)

PADANG-Fan (pendukung) merupakan pemain ke-12 bagi suatu tim sepakbola. Namun bila fans berulah tentu merugikan bagi tim kesayangannya itu. Kini, inilah yang menimpa klub kebanggaan urang awak, Semen Padang FC.

Manajemen klub, PT KSSP harus mengeluarkan kocek Rp100 juta ke PSSI. Pembayaran atas sanksi itu 14 hari terhitung sejak surat diterbitkan.

“Kalau tidak salah Rabu (12/6) lalu surat sanksi itu kita terima. Jadi, 14 hari batas waktu pembayaran hukuman itu semenjak surat diterbitkan,” ujar CEO PT KSSP, Rinold Thamrin yang dikontak topsatu.com, Senin (17/6).

Rinold Thamrin tampaknya betul-betul geram dengan peristiwa itu. “Suporter saya harap mau bertanggugjawab. Sanksi itu sangat memberatkan kita. Otomatis apa yang dilakukan fans itu akibatnya sangat menggangu keseimbangan keuangan klub,” kata Rinold.

Diakui Rinold, saat ini untuk pendanaan tim hanya diandalkan dari sponshorship. Artinya, sudah angok-angok..ii mencari sumber pendanaan. “Dengan membayar denda Rp100 juta kan ibarat buang uang ke laut,” kata Rinold.

Makanya, Rinold meminta kepada kelompok suporter serta semua penonton umum tanpa pandang bulu yang datang mensuport tim harus memberikan dukungan dengan cerdas dan penuh tanggungjawab. “Memberi dukungan namun berakibat merugikan tim apa guna,” jelasnya.

Ke depan Rinold, akan bertindakan tegas. “Ya, ke depan jangan diulangi lagi. Terulang lagi, saya akan melakukan tindakan tegas, kapan perlu ke jalur hukum. Apa pun alasannya, yang namanya membakar flare di dalam stadion tidak diperbolehkan,” kata Rinold mengingatkan betul.

Ketua Umum Suporter Padang dan Anak Rantau Cinta Kabau Sirah (Spartack), Bonario yang dikontak terpisah menyesalkan atas peristiwa itu.

“Kami (Spartack) meminta maaf dan menyesali atas sanksi yang diterima klub. Namun sebetulnya, ini disebabkan terjadinya mis-komunikasi antara manajemen dengan pendukung,” kata Bonario membuka percakapan via telpon dengan topsatu.com.

Diakui Bonario, manajemen masih minim memberi informasi kepada kelompok suporter. “Berkaca pada waktu liga sebelumnya penyalaan flare diperbolehkan ketika semua pemain dan perangkat pertandingan sudah keluar dari lapangan. Tapi kami akui menyesali ini karena telah merugikan tim kita yang cukup besar,” ujar Bonario.

Bonar –sapaan Bonario- akan melakukan evaluasi dan sosialisasi kepada anggota. “Ke depan kami berjanji tidak akan mengulangi dan akan melakukan tindakan kepada anggota bila melanggar,” ungkap Bonar.

Ungkapan yang sama juga disampaikan Ketua Umum The Kmer’s, Nurman Anwarbay yang dikontak terpisah pula.