Ragam  

Ternyata di Padang Panjang Pertama Kali Proklamasi Dibaca dan Bendera Dikibarkan

Di sinilah dulunya Rahmah Elyunusiyyah mengibarkan bendera merah putih untuk pertama kalinya di Sumatera Tengah. (Jasriman)

Ada yang menyebut rumah tersebut dulunya berada di lokasi Ruko Fajar Harapan (seberang Masjid Jihadu Walidaina) saat ini. Namun ada pula yang menyebut berada di lokasi eks Radio Dian Erata.

“Kalau yang saya dengar dari orangtua saya, rumah dr. Rasyidin itu berada di lokasi Fajar Harapan saat ini. Soal pembacaan teks proklamasi itu, orangtua saya tidak pernah cerita,” kata Maiharman, salah seorang tokoh masyarakat Padang Panjang.

Tak lama setelah Engku M. Sjafei membacakan teks proklamasi itu, pendiri Perguruan Diniyyah Puteri, Rahmah Elyunusiyyah mengibarkan bendera Merah Putih di depan asrama perguruannya. Ia mengibarkan sendiri bendera itu, sementara warga lain melihat dari kejauhan.

“Nek Amah (Rahmah Elyunusiyyah) sendiri yang mengibarkan. Warga lain tidak berani, mereka menyaksikan dari kejauhan,” cerita Faiz Fauzan Dt. Bagindo Marajo, salah seorang cicit Rahmah Elyunusiyyah.

Faiz mengaku, nenek buyutnya itu mendapat kabar Indonesia merdeka dari sahabatnya bernama Rakena, warga Paninjauan. “Cerita yang saya dengar, Buk Rakena mendapatkan informasi melalui radio. Beliau mengabarkan kepada nek Amah, lalu nek Amah mengibarkan bendera di depan asrama ini,” tuturnya.

Tiang bendera itu kini memang tidak ada lagi. Tiang yang ada sekarang, yang terpasang persis di titik yang sama, sudah beberapa kali berganti.

“Kalau tiangnya memang sudah beberapa kali berganti, namun tapaknya masih sama. Tidak berpindah sama sekali, memang di sini dulunya nek Amah mengibarkan bendera,” ujarnya.

Pengibaran bendera oleh Rahmah Elyunusiyyah itu kabarnya merupakan yang pertama untuk wilayah Sumatera Tengah. Warga kota dan Batipuah, datang membuktikan sendiri.

Benar saja, di Sikolah Etak Amah, berkibar bendera Merah Putih. Hari-hari kemudian rakyat Padang Panjang dan Batipuah X Koto ramai-ramai mengibarkan bendera. Ada yang dari blacu banyak dari kertas minyak. Kisah Etek kibar bendera membangkitkan semangat merdeka.

Nek Amak atau Etek Amah, adalah komandan TKR. “Hormat Komandan” Dialah komandan TKR perempuan yang sebelumnya pernah ditahan dan didenda Belanda 100 gulden. Ia usahakan pakaian sendiri untuk pasukannya, ia jadikan Diniyyah Puteri sebagai rumah sakit darurat.  Kini, 75 tahun merdeka, hormat kota pada Nenek Amah. (jasriman)