Tentang Ibadah Puasa; Lain Rasulullah, Lain Pula Puasa Kita

M. Khudri

Oleh M.Khudri

Rasulullah itu adalah utusan Allah. Beliau adalah manusia yang mendapat tugas untuk membawa manusia kepada keselamatan “Diinul Islam” agama keselamatan. Keselamatan itu adalah keselamatan hidup di dunia dan hidup di akhirat nanti.

Maka dibebankan kepada beliau untuk mengajarkan dan mengembangkan seperangkat ajaran untuk keselamatan itu. Perintah salat harus dijemput Nabi Muhammad Salallahuwa’alaihiwassalam dalam perjalanan isra’ wal mi’raj menuju ke “tahta” Allah di sidratulmuntaha. Suatu tempat yang letaknya belum bisa kita ukur dengan akal dan fikiran kita, bahkan dengan teknologi termoderen saat ini.

Di tempat tujuan perjalanan fisik dan spiritual beliau itulah Rasulullah menerima perintah salat lima waktu sehari semalam.

Setelah setahun hijrah, Rasulullah mendapat perintah melaksanakan ibadah puasa pada bulan Ramadhan. Perintah itu tidak ditujukan hanya kepada beliau, kepada orang-orang yang beriman, yakni orang-orang percaya kepada Allah dan Rasulnya, tentu saja kita termasuk di dalamnya.

Rasulullah berhijrah pada September 622 M ke kota Yatsrib kemudian disebut Madinah. Artinya Nabi Muhammad Salallahuwa’alaihiwassalam dapat melaksanakan ibadah puasa hanya 9 tahun. Sebab 8 Juni 632 M atau 12 Rabiul Awwal 10 H, baginda Nabi wafat.