Tari Kolosal Bakal Meriahkan Pesta Budaya Tabuik 2018

PARIAMAN – Pesta Budaya Tabuik 2018 nampaknya bakal meriah dibandingkan tahun sebelumnya. Pasal pada puncaknya nanti, Minggu (23/9) mendatang telah di persiapan penari kolosal. Kini para penari tersebut sedang latihan di rumah Tabuik pasa.

Penanggungjawab tari kolosal Eka Fitria, Senin (17/9) mengatakan, ia sedang melatih 170 penari dan pemusik. Dari 170 tersebut, rinciannya 60 penari dan 110 pemusik.

Para pemain tari kolosal ini melibatkan dari pelaku seni yang ada di sanggar – sanggar se – Kota Pariaman, khususnya untuk posisi 60 penari tersebut. Sedangkan pemusiknya mahasiswa asal Kota Pariaman yang mengemban pendidikan di ISI Padang Panjang dan sendratasik UNP Padang dengan latar belakang musik dan tari.

Dikatakannya, karya ini terdiri dari tiga bagian, bagian awal menggambarkan prosesi tabuik mulai dari maambiak tanah dengan penari dengan menggunakan kostum serba putih. Bagian kedua menggambarkan prosesi maarak jamba dengan memakai propertis tuduang saji atau jamba yang menggambarkan tradisi orang Pariaman ketika makan bajamba. Sedangkan bagian ketiga menampilkan tari piriang, kesenian tradisional di Minangkabau dengan gerakan dasar silek dan indang Pariaman.

“Proses pembuatan karya ini membutuhkan waktu kurang lebih dua bulan persiapan, sebanyak 20 kali pertemuan dengan jadwal latihan Jumat, Sabtu, Minggu di Rumah Tabuik Pasa dan SMKN 4 Pariaman”, ucapnya.

Disebutkannya, persiapan sudah mencapai 90 persen menjelang penampilan nantinya. “Sekarang hanya tinggal pemantapan sampai hari ” H” nantinya, Minggu mendatang. Pada acara puncak nanti 23 September,” ungkapnya.

Di samping itu, juga dilibatkan kurang lebih 100 seniman tradisi gandang tambua yang ada di Kota Pariaman dengan konsep membentuk dua kubu antara tabuik pasa dan subarang yang mewakili konsep tabuik itu sendiri.

Eka berharap dengan adanya karya tari kolosal ini dapat menyatukan seniman dan pelaku seni yang ada di Kota Pariaman, tidak ada kata persaingan dan jika ada perselisihan itu hal biasa. Sesuai dengan filosofi tabuik ketika tabuik sudah dibuang ke laut maka semua permasalahan akan selesai.

“Semoga karya ini menjadi motivasi untuk kita semua bahwa seniman harus bersatu untuk memajukan pariwisata yang ada di Kota Pariaman,” tukasnya. (agus)