Tak Punya Uang Bayar SPP, Siswi SLTA Ini Rela Jual Diri

PAYAKUMBUH-Kehabisan akal untuk mendapatkan uang SPP bulanan, seorang siswi SLTA di Payakumbuh nekat menjajakan diri. Untuk sekali kencan dia memasang tarif Rp300 ribu.

Kepala Kepolisian Resor Payakumbuh Ajun Komisaris Besar Endrastyawan Setyowibowo dan Kepala Satuan Reserse Kriminal Ajun Komisaris Chairul Amri Nasution membenarkan, dugaan peristiwa tersebut.

“Dugaannya begitu (jual diri untuk bayar SPP,-red),” kata Chairul Amri, kepada Topsatu.com Selasa (10/7) di Markas Polres Payakumbuh.

Diceritakan Kasatreskrim, kejahatan terhadap anak di bawah umur ini, awalnya terungkap begitu sekelompok pemuda di Ibuah, Payakumbuh Barat, menggerebek kediaman “H”.

Diduga, “H” merupakan pria hidung belang yang memanfaatkan korban Harmoni untuk dijadikan pemuas hasrat. “Jadi, ‘H’ ini bisa mengenali siswi SMA tadi, karena diberitahu oleh seorang pria, inisialnya “I”,” sebut Kasatreskrim.

Sekali kencan layaknya suami-istri, tersangka “H” membayar Harmoni senilai Rp300 ribu. Bayaran tersebut, oleh “I” diminta pula kompensasinya. “Karena korban butuh uang, maka dia mengganti fee nya dengan melakukan hubungan suami istri bersama “I”,” terang Kasatreskrim.

Atas perbuatan ini, polisi menetapkan “H” dan “I” sebagai tersangka kejahatan seksual dan perdagangan manusia terhadap anak di bawah umur. Kasusnya, masih terus ditangani penyidik Unit PPA Satreskrim Polres Payakumbuh.

ASAL LIMAPULUH KOTA

Informasi yang didapat Topsatu.com, siswi SMA di Payakumbuh yang diduga jual diri gara gara lantaran tak ada uang untuk membayar SPP, ternyata berasal dari Limapuluh Kota.

“Iya, aslinya Limapuluh Kota. Tapi dia sekolah dan banyak bermain di Payakumbuh,” sebut Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Payakumbuh Ajun Komisaris Polisi Chairul Amri Nasution.

Karena ini menyangkut kasus anak di bawah umur, Chairul Amri Nasution tidak merinci alamat korban. Di sebelah Selatan Limapuluh Kota? Chairul Amri hanya mengangguk. “Yang jelas, korban tercatat sebagai salah satu siswi SMA di Payakumbuh,” terangnya.

Chairul Amri meminta orangtua, dapat mengawasi anak-anaknya. “Kami rasa, kasus seperti ini bisa terjadi, karena lemahnya pengawasan. Ini yang perlu kita bangunkan bersama-sama,” demikian Chairul Amri. (bayu)