Sukses dengan Daun Bawang, Herry Supriana Kini Kembangkan Budi Daya Lado Kutu

Proses pemilihan lado kutu yang akan dikirim ke Batam. Ist

AGAM-Setelah sukses mengembangkan pertanian daun bawang, sehingga menempatkan kecamatan Sungai Puar sebagai sentra daun bawang di Agam, kini Herry Supriyana mengembangkan usaha budi daya cabe rawit atau lado kutu.

Kini Herry yang akrab disapa Gindo mengembangkan cabe rawit di beberapa nagari di tiga kecamatan, Sarik dan Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua, Nagari Balingka di Kecamatan IV Koto dan Balai Gurah, Lambah dan Biaro IV Angkek. Para petani lado kutu itu di koordinir oleh Gindo dalam sebuah komunitas yang ia sebut Komunitas Cabe Rawit Merah Faldewa.

Nama “Faldewa” adalah identitas Gindo di akun Media Sosialnya, kini nama itu dilekatkan pula untuk nama cabe rawit merah yang sedang dibudidayakan.

“Varitas ini memang kita yang membudidayakan, maka nama Faldewa ini adalah “hak paten” kita untuk daerah ” kata Gindo

Lado Kutu Merah yang dikembangkan Gindo katanya adalah genus capsicum. Lado ini digemari oleh masyarakat di Asia dan Amerika Latin dengan berbagai macam sebutan.

“Sekarang pasaran kita baru kota Batam, sebagai komoditas unggulan kedua kita setelah daun bawang yang telah berlangganan 1 ton rata rata perhari ke Batam. Kita kirim Lado Kutu ini ke Batam baru 300 kg perhari, padahal permintaan 500 kg” katanya.

Pengembangan komoditas lado kutu bukan berarti meninggalkan daun bawang. “Daun bawang itu sudah jalan itu, lado kutu ini untuk peningkatan, komoditas ini sangat banyak diminati petani ” kata Gindo.

Dibanding daun bawang, lado kutu lebih menguntungkan. Meskipun tidak menyebutkan kalkulasi kelebihan keuntungan lado dibanding daun bawang, Gindo menguraikan bahwa masa panen cabe rawit lebih lama yakni bisa 7 – 8 bulan sebanyak 3 kali seminggu. Selain itu lado kutu lebih mudah merawatnya dan harga jualpun di atas cabe biasa.

” Makanya dalam kondisi covid 19 ini, Insya Allah petani sayur Sungai Puar dan sekitarnya tidak begitu terhempas, walau ada juga turbolensinya, karena kendala transportasi udara dan melemahnya permintaan pasar” katanya.

Sejak dulu memang Sungai Puar ini telah menjadi sentra penghasil sayur di Sumatera Barat. Dengan meningkatnya hasik daun bawang dan sekarang lado kutu, makin memperkokoh posisi sentra itu.

Gindo berharap pihak dinas pertanian dapat menjadi fasilitator pengembangan pembudidayaan sayur khususnya daun bawang dan lado kutu di Kabupaten Agam.

“Sejauh ini memang belum ada inovasi dinas terkait untuk pembudidayaan, perlindungan pemasaran dan belum maksimalnya bantuan bimbingan teknis dari Dinas Pertanian” katanya.

Tapi kalau perhatian dan motivasi dari bupati H.Indra Catri Dt.Malako Nan Putiah kata Gindo cukup tinggi.

“Kemaren beliau berkunjung lagi ke ladang kami, kami berikan penjelasan dan beliau memberikan arahan kepada kami ” katanya. M. Khudri