Stigma Negatif Masyarakat terhadap Pengguna Narkoba

Oleh Ela Ayu Wandira, Mahasiswa Universitas Perintis Indonesia

Narkotika adalah zat atau obat baik yang bersifat alamiah, sintetis, maupun semi sintetis yang menimbulkan efek penurunan kesadaran, halusinasi, serta daya rangsang.

Penyalahgunaan narkoba dalam kehidupan kita sehari-hari bukan lah suatu hal yang asing lagi untuk kita dengar, bahkan sudah termasuk berita yang biasa-biasa saja dikarenakan penyalahgunaan narkoba terus meningkat setiap tahunnya di Indonesia. Meningkatnya penyalahgunaan narkoba menurut penulis yaitu banyaknya permintaan bahan narkoba oleh pengguna dan termasuk sudah menjadi mata pencaharian bagi pengedar maka terjadilah saling menguntungkan antara pengguna dan pengedar.

Masalah penyalahgunaan narkoba termasuk suatu masalah yang besar dalam masyarakat dimana pengguna atau mantan pengguna dicap buruk dimata masyarakat yang pantas untuk dipenjarakan dan disingkirkan ditengah-tengah masyarakat. Maka dari itu pencandu semakin sulit untuk mendapat bantuan atau dukungan dari masyarakat bahkan keluarga juga terkadang sulit menerima bahwa keluarga mereka merupakan pecandu dan membuat pecandu menjadi terpojok sehingga walaupun mereka sudah berhenti namun tetap diperlakukan sama oleh masyarakat.

Permasalahan yang dihadapi seorang pecandu narkoba bukan hanya sebatas program pemulihan direhabilitasi, karena ketika seorang pecandu keluar dari rehabilitasi maka ia harus menghadapi respon dari lingkungannya dan berharap akan dapat dukungan bukan penolakan. Namun tidak sedikit pecandu yang sudah pulih dan kembali ke masyarakat merasa rendah diri dan tidak nyaman karena berbagai stigma negative yang ditujukan kepada dirinya, bahkan termasuk keluarganya sendiri. Diskriminasi terasa sangat menyakitkan karena mereka seolah-olah dibedakan dari orang yang dianggap normal dan dianggap seperti seorang penjahat.

Hukum yang mengkriminalisasi pengguna hingga media yang ramai-ramai memberitakan kasus penangkapan pengguna narkoba secara sensasional turut berkontribusi menambah stigma negatif terhadap pengguna narkoba. pengguna narkoba kerap diasosiasikan sebagai pribadi yang “tidak punya masa depan”, “jahat”, “berdosa”, hingga “tidak pantas hidup”.

Stigma negative masyarakat inilah yang menimbulkan dampak sosial bagi para penyalahgunaan narkoba seperti gangguan mental, anti-sosial dan asusila. Terkadang bisa membuat seorang pecandu yang sudah sembuh kembali kejalan yang salah akibat dari stigma negative masyarakat terhadap pecandu.

Dikarenakan stigma negative masyarakat tidak menyelesaikan persoalan terkait penyalahgunaan narkoba sama sekali. Stigmatisasi yang ada malah memberi kesan pengguna atau mantan pengguna narkotika sama dengan koruptor padahal itu adalah hal yang berbeda.

Terdapat banyak kasus penyalahgunaan narkoba dilakukan oleh banyak kalangan baik kalangan publik figur, profesi, ibu rumah tangga, aparatur sipil Negara, maupun masyarakat lainnya. Terkadang pencandu narkoba mengkosumsinya agar melupakan stresnya, disisi lain sebagai depresan sehingga dapat membuat mereka bisa tidur dan lebih tenang.

Ada beberapa alasan paling sering seseorang terjerumus narkoba. Eksperimen dan coba-coba. Biasanya awal mula dari sekedar mencoba atau keingintahuan tentang narkoba.

Riwayat keluarga. Memiliki riwayat keluarga (terlebih keluarga terdekat) yang menggunakan narkoba maka akan meningkatkan resiko seseorang menjadi pengguna narkoba atau ketergantungan.

Kesepian. Narkoba akan menjadi jalan pintas serta pelarian yang dapat mengisi kekosongan dan kehampaan hatinya. Kondisi depresi juga dapat membuat seseorang beralih pada narkoba untuk merasakan kesenangan walaupun sesaat. Terlebih lagi pengguna narkoba yang sering dikucilkan oleh lingkungan akan semakin terjerumus pada lingkaran dan sulit untuk keluar.