SSB Merah Putih Bangkinang Bina Pesepakbola Berbakat dan Kurang Mampu

SSB Merah Putih

PADANG – Sekolah Sepakbola Merah Putih (SSB MP) Bangkinang, Kampar, Riau usianya memang baru seumur jagung. Namun apresiasi rancak wajar diberikan kepada SSB yang berhome base di Stadion Tuanku Tambusai ini.

SSB MP berdiri pada tahun 2015. Lima tahun perjalanan tim dengan CEO Nur Adlin itu susah, senang telah dilalui dengan tetap eksis.

Berbagai iven kelompok usia diikuti. Semua itu demi mengakomodir pesepakbola muda nan berbakat di Bangkinang.

“Saya dulu pembina di tim Kampar Yunior. Kebetulan dua putra saya tergabung di sana,” tutur Nur Adlin kepada topsatu.com di sela-sela menyaksikan pertandingan timnya melawan Bina Muda FC Payakumbuh, Selasa (27/10) siang di Stadion H. Agus Salim, Padang.

Nur Adlin memang ‘penggila’ sepakbola. “Jujur saja saya berhiba hati. Kedua anak tidak pernah diturunkan sama pelatihnya di beberapa pertandingan. Setiap ditanya kepada anak, jawaban mereka tidak diturunkan,” kata Nur Adlin.

Diakuinya sebagai pembina tentu tidak ingin pula diberikan keistimewaan kepada sang putra. “Setidaknya berilah kesempatan. Bukan saja kepada anak saya tetapi juga kepada pemain lainnya terutama pemain berbakat tapi kehidupan mereka juga kurang mampu,” jelas Nur Adlin yang juga Waketum KONI Kampar itu.

Mendapat protes terus dari sang buah hati, Nur Adlin pun akhirnya memutuskan mendirikan SSB.

Niat pun terlaksana. Hanya saja soal nama apa diberi belum terpikirkan. Ada yang menarik dari ide pemberian nama SSB-nya itu.

“Sewaktu kami berhenti di salah satu lampu merah di Bangkinang. Lalu spontanitas ide nama SSB ini muncul. Di kaca spion dekat sopir ada bendera Merah Putih. Langsung saja suami saya beria nama SSB Merah Putih,” cerita Leni Widiarti, istri dari Nur Adlin kepada topsatu.com.

Alhasil, jersey pun dengan warna bendera Indonesia, Merah Putih menjadi kostum SSB ini.

Nur Adlin pun membenarkan ide pemberian nama SSB itu. “Dulu saya yang intens urus sepakbola ini. Semenjak SSB MP ini berdiri, istri saya yang ‘gila’ mengurus sepakbola ini,” ungkap Nur Adlin.

Awal berdiri SSB itu, Nur Adlin langsung jadi pelatih. Disebabkan kesibukan di KONI Kampar dan mengurus ternak ayam, Nur Adlin pun akhirnya menyerahkan kepelatihan kepada orang lain.