Simbolik ABS-SBK pada Kebesaran Istano Basa Pagaruyung

Pada satu sisi bawah Istano Basa Pagaruyung. (yusnaldi)

BATUSANGKAR – Tak dapat dipungkiri kebesaran Istano Basa Pagaruyung dalam kedekatan simbolik arsitekturnya dengan budaya dan tatatanan hidup masyarakat Minangkabau.

Simbol tatanan Adat Basyandi Syarak-Syarak Basyandi Kitabullah (ABS-SBK) menghampar pada seisi konstruksinya baik dalam dan luar ruangan.

Hal ini menjadi khasanah oada museum budaya terbuka, yang dapat dilihat pada empat elemen arsitektur yang masing-masing memiliki makna spiritualitas yang kental dengan agama Islam.

Semuanya terlihat pada empat elemen yang dikandungnya, yakni elemen garis yaitu pada tangga di
depan pintu masuk rumah gadang.

Ada elemen bidang yang tampak pada bidang fasad bangunan yang terdiri dari ornamen ukiran penuh pada dinding.

Pada elemen bentuk berupa wajah atap gonjong Istano Basa itu sendiri, serta elemen ruang yaitu bilik-bilik yang terdapat di dalamnya.

Tentang elemen ini, peneliti Resky Annisa Damayanti dan Vanessa Vidia Ardyharini (2020) menulis, makna spiritualitas diwujudkan melalui elemen-elemen tersebut berdasarkan pada spiritualitas Islam sesuai dengan konsep kebudayaan Minangkabau.

Minangkabau dan agama Islam merupakan agama penyempurna bagi masyarakatnya. Hal ini tidak lepas dengan adat budaya berfalsafah dengan alam sebagai prinsip dasar keseimbangan bagi masyarakatnya melalui falsafah alam takambang jadi guru.

Makna spiritualitas Islam yang menyatakan bilangan ganjil lebih disukai oleh Allah, SWT. Ditandai dengan 99 Asmaulhusnah.

Bangunan arsitektur Istana Basa dibangun dengan pemikiran untuk menghubungkan antara elemen arsitektur yang ada dengan alam.

Gambaran ini menunjukan Istano Basa dominan menggunakan analogi organisme alam sehingga memberikan suatu kesan dan ide bentuk yang terkesan tidak masif dan kaku, tetapi cenderung dinamis. Hingga hari ini selalu menarik dan mengundang pengunjung untuk datang menaikinya. (yusnaldi)