Setelah Mahyeldi, Nasrul Abit Juga Tolak Pemutaran ‘Kucumbu Tubuh Indahku’ di Sumbar

Nasrul Abit. (ist)
PADANG-Penolakan pemutaran film ‘Kucumbu Tubuh Indahku’ yang digarap oleh sutradara Garin Nugroho juga datang dari Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit. Selama ini Nasrul Abit memang dikenal keras terhadap perilaku menyimpang lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).

Menurutnya, konten film itu bertentangan dengan norma agama, sosial dan nilai budaya yang dianut masyarakat yang berlandaskan Adat Basandi Syara’-Syara’ Basandi Kitabullah (ABS-SBK).

“Pemko Padang telah menolak pemutaran film itu di semua bioskop di Kota Padang. Maka, kita di Provinsi juga menolak, jangan sampai ini diputar di Sumbar,” ujar Wagub Nasrul Abit usai melakukan Safari Ramadhan di Masjid Raya Kampung Baru, Kota Pariaman, Jumat malam (10/5).

Dikatakannya, dirinya sudah mendapatkan gambaran jalan cerita film itu. Informasi diterimanya dalam film itu terdapat unsur yang mengandung perilaku menyimpang LGBT.

“Kita di Sumbar ini terkait persoalan LGBT ini sangat sensitif. Maka, jangan buat anak muda kita terpengaruh dengan hal yang dapat memicu terjadi perilaku menyimpang. Oleh karenanya, jangan diputarlah film ini di Sumbar,” tuturnya.

Saat ditanya, apakah Pemprov akan mengirimkan surat penolakan terkait film itu, Nasrul menyebutkan, surat Walikota Padang sudah cukup. Apalagi, bioskop itu kewenangannya ada di Pemko.

Sebelumnya, Walikota Padang Mahyeldi Ansharullah telah menyatakan menolak pemutaran film tersebut di Kota Padang.

Film ‘Kucumbu Tubuh Indahku’ menceritakan tentang penari Lengger Lanang yang berkisah tentang perjalanan Juno dari kecil sampai dewasa. Juno kecil lahir di sebuah desa kecil di daerah Jawa yang terkenal dengan penari Lengger Lanang atau penari laki-laki yang menari tarian perempuan. Kemampuan alami tersebut didapat dari lingkungan desa dan keluarganya yang sering meleburkan tubuh maskulin dan feminin.

Kekerasan akibat keadaan politik membuatnya hidup sendiri, menjadikan ayah dan ibu dari dirinya sendiri. Juno sering melihat kekerasan di lingkungannya. Kekerasan pertama yang dia lihat ketika Juno pertama kali bergabung dengan grup tari Lengger di desanya.

Kekerasan itu pula lah yang menjadikannya harus berpindah dari satu desa ke desa lain. Perpindahan yang terus menerus membuatnya bertemu banyak sosok manusia, dari petinju hingga maestro penari Reog. Tapi bukannya Juno tidak pernah mengalami kekerasan. Sepanjang perjalanan, Juno sering mendapat kekerasan sosial sampai kekerasan politik. Sebuah perjalanan tubuh yang membawanya menemukan keindahan tubuhnya. 104