Sejumlah Halte Kereta Baru Akan Dibangun di Padang

PADANG-Pemerintah akan menambah sejumlah halte pemberhentian kereta api di Kota Padang. Penambahan halte tersebut, seiring dengan rencana menjadikan Kereta Api Padang-Bandara Internasional Minangkabau (BIM) menjadi angkutan KA Commuter.
“Kedepan kita akan bangun sejumlah halte, bagaimana kereta api tidak hanya melayani jalur Padang-BIM, tapi menjadi tranportasi umum bagi masyarakat Kota Padang,”sebut Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Zulfikri saat membuka kegiatan Focus Group Discussion (FGD) evaluasi penyelenggaraan kereta api perintis Minangkabau Ekspres, Jumat (10/8) di Hotel Grand Inna Padang.
Dikatakannya, selain penambahan halte, juga akan dilakukan koneksifitas antara angkutan kota dengan halte kereta api. Selain itu juga menyesuaikan dengan jam keberangkan penerbangan.
Selain itu, katanya potensi kereta api bandara saat ini sebagai moda transportasi bagi masyarakat keluar masuk Bandara Internasional Minangkabau (BIM) cukup bagus sejak KA Minangkabau Ekspres tersebut diresmikan pengoperasiannya.
“Kami melihat sejak diresmikan kereta api bandara ini sebagai alternatif moda transportasi masyarakat keluar masuk BIM cukup bagus. Untuk itu, moda transportasi ini akan terus dibenahi agar menjadi moda transportasi yang nyaman bagi masyarakat,”
Sementara itu, Kepala PT KAI Divre Sumbar Yuherman mengakui jadwal kereta api bandara saat ini masih 10 kali jalan masing-masing lima kali ke BIM dan lima kali dari BIM.
“Jadwalnya menyesuaikan dengan jam kedatangan pesawat dengan okupansi terbanyak, sehingga keterisian kereta api bandara masih belum maksimal,” katanya.
Lanjutnya, dari data PT KAI Sumbar pada Mei jumlah penumpang mencapai 1.841 per hari, saat itu, tarif masih gratis.
“Jumlah itu menurun pada Juni menjadi 884 orang per hari. Pada Juli kembali menurun jadi 719 orang dan pada Agustus 494 orang per hari,” ungkapnya.
Sambungnya, pencapaian volume harian tertinggi terjadi pada hari Minggu dan libur nasional. Karena, banyaknya penumpang commuter yakni masyarakat lokal yang tinggal di Tabing, Duku yang akan berpergian ke Pasar Raya Padang menggunakan kereta api BIM.
Kemudian, banyaknya penjemputan dan pengantar penumpang pesawat yang menggunakan kereta bandara. Lalu, penumpang yang hanya menikmati perjalanan dengan kereta api bandara pulang pergi.
Dalam kesempatan yang sama, Pengamat transportasi Universitas Andalas (Unand) Padang, Yossyafra, ST. M.Eng.Sc, PhD menilai tingkat keterisian atau okupansi kereta api bandara Minangkabau akan lebih baik jika stasiun terintegrasi dengan angkutan umum.
“Sekarang dalam satu kali perjalanan keterisian kereta api bandara Minangkabau hanya sekitar 80 orang dari kapasitas 393 orang. Itu sebagian besar disebabkan stasiun tidak terintegrasi dengan angkutan umum lain,” katanya.
Dikatakannya, PT. KAI sebagai operator harus mulai memikirkan cara untuk bisa mengkoneksikan stasiun kereta api dengan angkutan umum lainnya, baik angkot maupun Trans Padang. Selain itu perlu menambah jumlah stasiun perhentian kereta agar akses untuk naik semakin banyak sehingga masyarakat tertarik untuk menggunakan moda transportasi itu.
“Hasil survei daring yang kami lakukan, jarak antara tempat tinggal dengan stasiun kereta api menjadi salah satu alasan kurangnya minat masyarakat untuk menggunakan kereta api,” katanya.
Lebih lanjut kata Yossyafra, menuturkan jadwal keberangkatan kereta api menurut juga berpengaruh terhadap keterisian kereta api.
“Masyarakat yang akan ke BIM atau dari BIM ke pusat kota, tidak akan mau menunggu lama untuk mendapatkan angkutan. Jadwal yang ada saat ini belum memenuhi kebutuhan,” ulasnya.
Ia optimis jika tiga persoalan itu bisa diatasi, kereta api bendara di Sumbar akan lebih diminati. Apalagi secara kualitas, kereta api bandara di Sumbar sudah cukup baik dan nyaman bagi pengguna.
Kepala Dinas Perhubungan Sumbar, Heri Nofiardi menyebutkan saat ini dari data Dinas Perhubungan Sumbar perjalanan dari dan ke BIM mencapai 5 ribu hingga 6 ribu perhari, baik itu pengguna jasa penerbangan maupun keperluan kerja dan lainnya. Namun, dari pengguna jasa ini masih menggunakan kendaraan pribadi dan sepeda motor, sisanya menggunakan kendaraan umum.
“Dari data itu prefensi pengguna angkutan umum terhadap penggunaan angkutan kereta api mencapai 15 persen hingga 20 persen. Maka, untuk menarik pengguna angkutan pribadi untuk dapat ditarik beralih untuk menggunakan angkutan kereta api potensinya cukup besar peningkatannya di masa akan datang terlebih dukungan pengangkutan cargo dan avtur untuk kebutuhan penerbangan,” pungkasnya.
FGD juga dihadiri mahasiswa dan pelajar serta akademisi. (yose)