Seberapa Bahayakah Verbally Abusive dalam Keluarga?

Mulya Sabrina, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Andalas,Padang.(ist)

Apa itu verbally abusive?

Verbally abusive atau biasa disebut verbal abuse adalah kekerasan secara verbal. Kekerasan verbal maksudnya disini adalah salah satu jenis kekerasan yang bisa terjadi dalam sebuah hubungan. Entah itu hubungan dalam pacaran, dalam hubungan pernikahan, maupun dalam hubungan orang tua dan anak.

Nah, disini penulis akan membahas verbal abuse dalam hubungan keluarga seperti perilaku secara lisan yang dianggap kasar seperti mengancam anak untuk keluar rumah, memaki anak, memanggil anak dengan sebutan kamu anak bodoh, anak yang tidak berguna, anak jelek dan lainnya.

Verbal abuse dalam keluarga juga biasa terjadi dengan cara mengancam anak atau menolak anak seperti mengatakan aku berharap kau tidak pernah dilahirkan karena kau sangat merepotkan ku. Orang tua yang berteriak kepada anaknya seperti itu, akan membuat anak ter-ejek sehingga anak merasa direndahkan.

Banyak hal yang bisa menjadi penyebab orang melakukan kekerasan secara verbal ataupun secara psikis. Hal itu dapat terjadi karena rasa insecurity (ketidakamanan) yang ada pada dirinya. Rasa tidak nyaman itu yang membuat biasanya memicu seseorang melakukan kekerasan terhadap orang lain. Atau dia dibentuk dan dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap kekerasan secara verbal itu adalah sesuatu yang biasa.

Kaitan verbal abuse dengan tipe kepribadian adalah ketika orang tua melakukan verbal abuse pada anak pada saat remaja anak akan mengarah perilakunya ke arah negatif karena secara langsung dilakukan pada remaja itu sendiri. Ketika orang tua sudah melakukan verbal abuse maka akan berdampak pada perkembangan dan psikologis anak seperti cemas, depresi, harga diri rendah, dan tertutup.

Menurut Soetjiningsih terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi orang tua melakukan verbal abuse diantaranya adalah pertama, faktor pengetahuan orang tua yang tidak mengetahui atau mengenal sedikit informasi mengenai kebutuhan perkembangan anak. Misalnya, usia anak belum memungkinkan untuk melakukan sesuatu, tetapi karena sempitnya pengetahuan orang tua anak dipaksa melakukan dan ketika memang belum mampu orang tua menjadi marah.

Kedua, faktor Pengalaman orang tua yang pada masa kecilnya mendapat perlakuan salah merupakan situasi pencetus terjadinya kekerasan pada anak. Semua tindakan kepada anak-anak akan direkam dalam memori bawah sadar mereka dan akan dibawa sampai kepada masa dewasa, dan terus sepanjang hidupnya. Anak yang mendapat perlakuan kejam dari orang tuanya akan menjadi sangat agresif dan setelah menjadi orang tua akan berlaku kejam kepada anak-anaknya.

Ketiga, faktor ekonomi dan tekanan hidup yang semakin meningkat, disertai dengan kemarahan atau kekecewaan pada pasangan karena ketidakberdayaan dalam mengatasi masalah ekonomi menyebabkan orang tua mudah sekali meluapkan emosi, kemarahan, kekecewaan dan ketidakmampuannya kepada orang terdekatnya.

Anak sebagai makhluk lemah, rentan, dan dianggap milik orang tua, anak menjadi paling mudah menjadi sasaran. Kemiskinan sangat berhubungan dengan penyebab kekerasan pada anak karena bertambahnya jumlah krisis dalam hidupnya (misalnya, tidak bekerja atau berdesak-desakan) dan disebabkan mereka mempunyai jalan masuk terbatas kedalam sumber ekonomi atau sosial untuk mendukung selama waktu stress.

Faktor sosial budaya, faktorsosial budaya , nilai sosial disini adalah dalam artian hubungan anak dengan orang dewasa berlaku seperti hierarki sosial di masyarakat. Atasan tidak boleh dibantah. Orang tua tentu saja wajib ditaati dengan sendirinya. Dalam hierarki seperti itu anak-anak berada dalam anak tangga terbawah. Mereka tidak punya hak apa pun. Orang dewasa dapat berlaku apa pun kepada anak-anak.

Apa sih bahaya dari verbal abuse?Verbal abuse memiliki dampak yang sangat negatif bagi anak. Kekerasan verbal terhadap anak akan menumbuhkan rasa sakit hati hingga membuat mereka berpikir seperti yang kerap diucapkan oleh orangtuanya. Jika orangtua bilang anak bodoh ataupun anak nakal, maka dia akan menganggap dirinya demikian.