Sakit Kian Parah, Utang Selilit Pinggang

Rusydi, penderita leukemia akut bersama istri dan anaknya berharap uluran tangan dermawan, agar kesulitan hidup mereka bisa teratasi. Ist

PADANG-Awak sakit. Hutang selilit pinggang. Rumah yang ditempati menunggak berbulan-bulan. Pemilik rumah sudah memberi signal, agar segera keluar dari rumah kontrakkannya. Inilah derita yang kini dialami Rusydi Susanto, 38 bersama istri dan empat anaknya. Tak tahu mereka harus mengadu pada siapa. Memberatkan keluarga mereka pun tak sanggup.

Sebelum sakit, Rusydi , adalah seorang kuli bangunan. Tubuh ringkihnya tak membuat dia harus berpangku tangan. Sekeras hidup, sekeras itu pula ia menafkahi istri dan empat anaknya. Berapa dapat dia syukuri. Terasa betul nikmat Allah ketika sehat.

Malang sekejap mata. Saat bekerja di rumah orang sebagai tukang, pria asal Kambang Pesisir Selatan ini jatuh dari ketinggian pada Juli 2019. Tulang punggungnya patah. Sejak saat itu dia tidak lagi bekerja. Selama itu biaya hidup dari simpanan yang ada. Simpanan itu pun tak seberapa. Hari demi hari terus menipis. Hingga Rusydi dan istrinya harus berhutang sana kemari. Lama menunggu sembuh dari patah tulang Rusydi, sakit. Lisa istrinya membawa dia ke rumah sakit. Beruntung ia punya JKN KIS. Biaya berobat tak terpikirkan benar. Saat di rumah sakit diketahui Rusydi divonis terkena Leukemia akut. Bertubi-tubi cobaan datang menerpa keluarga kecil itu.

Rusydi pasrah, tapi tetap saja ditegarkannya hati di depan istri dan anak-anaknya yang masih kecil. 17 hari dirawat dia diperbolehkan pulang. Pulang ke rumah harapannya berkumpul dengan anak-anak dengan nyaman. Sayang, pemilik rumah tempat dia pulang meminta dia sekluarga keluar dari rumahnya.

“Kami sudah diusir pemilik rumah, karena menunggak 4 bulan. Sekarang kami benar-benar tak punya uang. Entah kemana harus mengadu,” ujar Lisa, istri Rusydi, menahan tangis, pada Singgalang yang singgah ke rumah kontrakkan mereka kemarin di Alai Parak Kopi Padang.

Lisa menghela napas dalam-dalam. Ia telan rasa pahit hidup tak beruang. Dia punya keterampilan membuat sejumlah makanan tradisional. Tapi uang itu benar yang tak ia punya.

“Saya ingin berjualan. Buat usaha kecil-kecilan. Tapi saya tak punya uang,” katanya polos.

Sebagai seorang istri, Lisa ingin mengabdi dan menggantikan posisi suaminya yang sedang sakit. Mereka punya empat anak. Dua usia sekolah, dua balita. Siang itu mereka bermain dengan rian. Keriangan anak-anak sebentar mengobati hati Rusydi dan Lisa. Namun itu sesaat saja, tatkala para buah hati mereka tertidur pulas di kasur kapuk yang mulai tipis dimakan usia, beratnya beban hidup kembali terasa.

Pikiran mereka berkecamuk, kemana anak-anak akan dibawa. Mengingat rumah kontrak yang ditempati selama beberapa tahun belakang harus segera ditinggalkan. Mereka pasrah dan berdoa. Berharap uluran tangan para derwaman.

“Tolong bantu kami. Kami tak tahu harus tinggal dimana. Kepada Tuhan kami terus berdoa, agar dibukakan pintu rezeki dan kemudahan dalam menghadapi cobaan hidup ini,” ujar Lisa, warga Batang Kapeh Pesisir Selatan itu.

Saat sehat, patang bagi Rusydi meminta-minta. Ia bekerja siang dan malam sebagai buruh bangunan. Beberapa kali jatuh dari ketinggian, sehat dan dia kembali bekerja. Semua demi istri dan anak-anaknya. Namun kejadian yang terakhir Juli kemarin, benar-benar membuat ia tak bertenaga. Mengangkat yang berat-berat dia tak mampu. Hingga kondisi fisiknya terus menurun dan membuat dia harus menjalani perawatan di rumah sakit.

Itu karena penyakit leukemia akut yang berjangkit di tubuhnya. Leukemia akut adalah penyakit yang berkembang dengan cepat sehingga mengakibatkan penumpukan sel muda tak berguna di sumsum dan darah.