Rohana Kudus Jadi Pahlawan Nasional, Begini Tanggapan Penulis Biografi

Rohana Kudus. (*)

AGAM – “Alhamdulillah… sudah sangat pantas,” potongan kalimat itu langsung terlontar dari mulut Fitriyanti Dahlia, penulis buku Siti Rohana Kudus yang telah naik cetak enam kali, mendengar kabar dilakukan penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada sosok yang pernah ditulisnya itu, Jumat (8/11).

Dituturkan Fitri, panggilan akrab Fitriyanti Dahlia, meskipun selama ini Rohana Kudus sudah cukup dikenal dengan kiprahnya pada berbagai bidang, mulai dari ekonomi, kewirausahaan, pers, dan pendidikan tetapi kurang lengkap tanpa penasbihan gelar Pahlawan Nasional. “Pengaunegarahan gelar Pahlawan Nasional semakin menguatkan pengakuan betapa besarnya sumbangsih Rohana Kudus untuk bangsa ini,” ucap Fitri.

Meskipun begitu, Fitri menilai kebesaran Rohana Kudus sebagai seorang pahlawan negeri telah diakui bangsa lain terutama Belanda. Buktinya banyak literatur terkait dengan perjuangan Rohana Kudus bisa ditemukan di Leiden, Belanda.

Fitri mengenang pada 1990-an, dirinya sempat mendampingi tamu dari Belanda yang masih keluarga Van Royen. Tamu itu berkunjung ke Rumah Kerajinan Amai Setia di Koto Gadang Kabupaten Agam. Di sela-sela kunjungan sang tamu bertanya terkait buku yang berhubungan dengan Rohana Kudus.
“Jangan sampai Bangsa anda harus ke Belanda untuk menemukan literatur tentang Rohana Kudus,” ucap si tamu.

Ucapan itulah yang menjadi motivasi dirinya untuk menulis buku tentang Rohana Kudus. Setahu Fitri waktu itu memang belum ada buku khusus yang berkisah tentang Rohana Kudus. Butuh tiga tahun proses hingga akhirnya buku Siti Rohana Kudus diterbitkan pada 2001.

“Tiga tahun proses pengumpulan data dan penulisan buku menyadarkan saya terlalu banyak nilai positif yang bisa dipelajari dari sosok Rohana Kudus. Helaian buku yang ada terasa kurang untuk menuliskan semua,” tutur Fitri.

Disimpulkan jika sumbangsih Rohana Kudus itu meliputi berbagai sektor, pendidikan, pers, ekonomi, kewirausahaan. Hebatnya semua itu dilakukan tanpa mengenyam pendidikan formal yang tinggi.
“Jika sebelumnya kita mengenal RA Kartini, ternyata ada sosok perempuan lain yang membanggakan dan berasal dari Ranah Minang yaitunya Rohana Kudus,” tukuk Fitri.

Untuk itu, Fitri sangat berharap nilai-nilai yang telah dilakukan Rohana Kudus menjadi inspirasi dan model bagi wanita zaman sekarang. Tak hanya itu, Fitri meyakini masih banyak tokoh wanita lain yang perlu digali. “Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional tersebut saya harapkan akan semakin memperkuat penghormatan dan kebanggaan masyakat Sumbar dan Indonesia terhadap Rohana Kudus,” harap Fitriyanti Dahlia.

Berdasarkan penelusuran Singgalang, Rohana Kudus lahir di Koto Gadang Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam, 20 Desember 1884. Ia merupakan anak pasangan Mohammad Rasjad Maharadja Soetan dan Kiam. Rohana Kudus meninggal di Jakarta 17 Agustus 1972.

Semasa hidupnya Rohana Kudus dikenal sebagai salah satu jurnalis wanita pertama Indonesia dari koran Soenting Melajoe. Selain itu ia juga mendirikan rumah kerajinan Amai Setia yang masih bertahan sampai saat ini. (hirval)