Ragam  

Ribuan Warga Hadiri Tradisi “Serak Gulo”

Ribuan masyarakat berebut gula yang dilemparkan dari atap mesjid, saat mengikuti tradisi Serak Guli di depan Masjid Muhammadan di kawasan Pasar Batipuh, Padang Selatan, beberapa waktu lalu. (givo alputra)

PADANG – Ribuan pasang tangan diangkat ketas. Lebih tinggi dari kepala. Yang jelas itu bukan berdoa. Aplagi meminta. Kegiatan itu terlihat ketika ribuan masyarakat tumpah ruah saat mengikuti tradisi Serak Gulo di mesjid Muhammadan, Jalan Pasar Batipuh, Padang Selatan, Padang, Selasa (5/2). Setidaknya, kurang lebih delapan ton gula pasir dihabiskan saat prosesi tersebut.

Tradisi Serak Gulo dari masyarakat muslim Padang keturunan India, yang tergabung dalam Himpunan Keluarga Muhammadan ini merupakan simbol rasa syukur, sekaligus untuk memperingati wafatnya ulama di Nagore, India, yakni Shaul Hamid,”kata Ketua Himpunan Keluarga Muhammadan Padang Ali Khan Abu Bakar di Padang.

Dikatakan Ali, selain daerah asal, untuk saat ini, tradisi serak gula hanya dilaksanakan di dua tempat yaitu di Singapura dan kota Padang. Untuk kota Padang telah dimulai sejak 200 tahun yang lalu yang dilaksanakan oleh warga muslim keturunan India kota Padang yang tergabung dalam HKM (Himpunan Keluarga Muhammadan).

Menurutnya, tradisi kebudayaan ini pertamakali dilaksanakan lebih dari 450 tahun yang lalu disebuah perkampungan kecil di Nagore, Nagapattinam daerah Tamil Nadhu India Selatan.

“Tradisi ini merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh Syekh Shahul Hamid. Beliau merupakan salah seorang ulama sufi di India yang dikenal sebagai Walyyullah dan memiliki banyak karomah serta memegang peran penting dalam penyebaran agama islam pada masa itu,”tambah Ali.

Diceritakannya, rangkaian pelaksanaan tradisi Serak Gula ini setiap tahunnya selalu diiringi dengan tiga peringatan maulid. Pertama, Maulid nabi Muhammad SAW yang jatuh pada bulan Rabiul Awal. Diawali pembacaan Ummul Qur’an, surah pendek, kitab Maulud, zikir dan doa, waktunya ba’da Maghrib dilanjutkan ba’da Isa sampai selesai. Selama 12 hari.

Kedua, Maulud Syekh Abdul Qadir Al Jailani, yg jatuh pada bulan Rabi’ul Akhir dan dilaksanakan selama 11 hari.

Ketiga, Maulud Syekh Shahul Hamid, yang jatuh pada bulan Jumadil Akhir, dilaksanakan selama 10 hari, yang terlebih dahulu diawali acara serak gula pada sore harinya.

“Tradisi Serak Gula ini merupakan perpaduan antara budaya islam dan budaya india serta proses alkulturasi yang panjang dengan budaya setempat tanpa meninggalkan nilai nilai yang dibawa dari tempat asalnya di India,”imbuhnya. (givo)