Budaya  

Ramadhan Langit, Bulan Lain Bumi (Membakar Karat Dosa Kita)

M. Khudri

Oleh M.Khudri

Ramadan itu ibarat langit, bulan lainnya adalah bumi. Begitu benar maha hebatnya bulan yang dimana orang beriman diwajibkan berpuasa.

Dikisahkan dua orang sahabat yang hidup di zaman Rasulullah, keduanya sama-sama berjuang di jalan Allah. Mereka sama-sama saleh. Salah seorang diantaranya syahid dalam peperangan sebelum Ramadhan. Dan yang satunya meninggal setahun kemudian. Kisah dua sahabat ini di ceritakan dalam suatu hadist sahih yang diriwayatkan Ibnu Majah

Seorang sahabat Rasulullah Thalhah bin Ubaidillah melihat dalam mimpinya, yang wafat kemudian lebih dimuliakan oleh Allah syurganya dibanding yang syahid. Bahkan dia lebih dahulu masuk syurga dari pada sahabatnya.

Thalhah bertanya tanya dalam mimpi nya itu, kenapa yang tidak mati syahid lebih mulia daripada yang mati syahid? Untung ada Rasulullah tempat bertanya. Baginda Nabi Allah Salalllahu wa’alaihiwasallam menjawab, dalam hadist yang artinya:

“Bukankah yang tidak syahid itu masih hidup satu tahun setelah kawannya mati syahid?”

Dijawab Thalhah, ” benar”. Rasulullah bertanya lagi, “bukankah dia berjumpa lagi dengan ramadhan dan dia

berpuasa? Dan juga dia salat dan sujud selama setahun itu? “Benar ya Rasulullah! “

Rasulullah kemudian menjelaskan, “Maka jarak kemuliaan antara mereka melebihi jarak antara langit dan bumi.” (HR.Ibnu Majah dan Ahmad)

Dapat beribadah Ramadan maka kemuliaan yang diperoleh melebihi pahala mati syahid sebelum Ramadan, perbandingannya seperti langit dan bumi.

Di dalam Alquran hanya nama bulan Ramadhan yang sebut Allah. “Bulan Ramadhan, diturunkan pada bulan itu Alquran” (QS Albaqarah 184). Allah menyebutkan nama sesuatu dalam Alquran

karena buruk,jelek seperti syetan, iblis, neraka jahannam, tapi karena keagungan sesuatu Allah juga sebutkan. Ramadhan memiliki kemuliaan yang luar biasa. Maka satu satunya nama bulan yang disebut Allah dalam Alquran.