Rafflesia Tuan-mudae Mekar Sempurna di Cagar Alam Maninjau

LUBUK BASUNG – Satu individu bunga langka dan dilindungi jenis rafflesia tuan-mudae mekar sempurna di dalam kawasan hutan cagar alam Maninjau di nagari Baringin kecamatan Palembayan, Agam pada Rabu (20/1).

Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) BKSDA Resor Agam, Ade Putra, menjelaskan bunga langka yang paling mirip dengan rafflesia arnoldii tersebut ditemukan ketika petugas BKSDA melakukan pendampingan terhadap 6 orang Mahasiswa UNP yang sedang melaksanakan penelitian dan magang di resor ksda Agam.

“Dari identifikasi diketahui bunga cantik tersebut berukuran diameter 87,7 cm dan berkelamin jantan,”katanya.

Spesies rafflesia tuan-mudae ini hampir mirip dengan rafflesia arnoldii. Perbedaan yang mencolok ada pada morfologi atau fisik, antara jenis rafflesia tuan-mudae di Cagar Alam Maninjau dengan rafflesia arnoldi.

Perbedaan terlihat pada warna kelopak (perigon), rafflesia arnoldii lebih ke oranye sedangkan spesies tuan-mudae ke arah merah maron.

Sedangkan perbedaannya juga dapat dilihat dari pola putih atau bercak pada kelopak. Arnoldi bercaknya ganda (besar dan kecil), sementara tuan-mudae tunggal.

Kemudian bercak pada arnoldi juga lebih besar dan jarak antara satu bercak dengan yang lainnya juga agak berjauhan jika dibandingkan dengan jenis tuan-mudae.

Di dunia, saat ini ada 31 jenis tumbuhan rafflesia. Dari 35 jenis, 15 jenis ada di Indonesia dan 11 jenis di antaranya berada di pulau Sumatera. Rafflesia tuan-mudae pertama kali ditemukan di Serawak, Malaysia.

“Bunga ini hanya mekar dalam jangka waktu 7-10 hari, setelah itu akan layu dan membusuk,”katanya.

Sebelumnya tepat pada 1 Januari 2020, di lokasi itu juga mekar bunga tersebut dengan diameter mencapai 111 centimeter, dan merupakan bunga rafflesia terbesar di dunia yang pernah tercatat dan terdokumentasikan.

Bunga rafflesia merupakan jenis tumbuhan yang dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya, sehingga keberadaannya terus dipantau dan dijaga untuk tetap lestari.(210)