Prof.Isril Berd, Menyayangkan Penutupan Aliran Sungai ke Gurun Kudu

PADANG – Peneliti Manajemen Daerah Aliran Sungai (DAS), Banjir dan Longsor, Prof.Isril Berd, menyayangkan adanya penutupan aliran Sungai Beringin yang mengalir ke Gurun Kudu, Koto Lalang, Padang.

Guru besar Fakultas Pertanian Unand itu menegaskan DAS tidak boleh tertutup, karena secara alami DAS tersebut berfungsi sebagai drainase alam.

“Kita sayangkan penutupan itu. Kalau DAS ditutup, tentu airnya mengalir ke tempat lain, dan bisa menyebabkan terjadinya banjir,” kata Prof.Isril Berd, di Padang, awal pekan ini.

Selain berfungsi sebagai drainase alami, katanya, DAS juga memiliki fungsi hidrologis, yaitu menampung, menyimpan dan mengalirkan. Yang ditampung adalah air hujan, kemudian yang disimpan, yaitu air yang mengalir sebagian masuk ke dalam tanah atau disebut infiltrasi.

“DAS juga berfungsi mengalirkan secara kontinyu mulai dari hulu, ke badan sungai hingga ke anak-anak sungai,” tambahnya.

Isril mengungkapkan, Forum DAS sudah pernah mengusulkannya ke Pemko Padang pada 2016 lalu agar Pemko Padang membuatkan Perda yang mengatur tentang DAS.

“Namun karena usulan itu berbenturan dengan UU No 23 tahun 2017 tentang Pengelolaan Hutan dan DAS yang wewenangnya berada di Provinsi dan bukan lagi kabupaten dan kota, akhirnya usulan tersebut batal menjadi Perda,” bebernya.

Aliran sungai ke Gurun Kudu yang ditutup berada sekitar 400 meter sebelum proyek jembatan Beringin yang diterjang banjir. Aliran sungai ke Kudu yang ditutup itu memiliki lebar sekitar 15-20 meter. Sebagian badan sungai sudah dimanfaatkan masyarakat untuk areal pertanian.

Sebelumnya, diberitakan di media bahwa dua warga, yakni Lamsuit, warga RT 01 RW 01 Kelurahan Beringin, Kecamatan Lubukkilangan Padang, dan Syaiful One, petani di Gurun Kudu, berharap agar aliran sungai ke Gurun Kudu itu dibuka kembali, agar jika terjadi hujan lebat, debit air di Sungai Baringin tidak lagi meluap seperti yang terjadi pada Jumat lalu.

Menurut warga, aliran sungai ke Gurun Kudu itu ditutup awal 2000-an. Penutupan itu dilakukan saat itu pasca proyek irigasi Kapalo Banda Tarantang, aliran dari Sungai Beringin debitnya terlalu sedikit. Karena itu, agar airnya lebih tinggi maka, aliran ke Sungai ke Kudu ditutup.

Seperti diketahui, pada Jumat (2/11/2018) curah hujan yang tinggi telah mengakibatkan banjir di sejumlah titik di Kota Padang.
Di kawasan Beringin, banjir menghancurkan proyek jembatan senilai Rp 8 miliar lebih yang tengah dibangun, dan satu jembatan gantung senilai Rp400 juta. (*)