PPLI Menjaga Nusantara dari Limbah B3 Secara Terintegrasi

Hendri Nova
Wartawan Topsatu.com

“Pak, ini ada limbah baterai smartphone, dibuang dimana pak? Apa ada tempat khusus?”
Seorang Warga Belimbing, Padang, Adi, memperlihatkan satu plastik kresek kecil berisi baterai smartphone. Petugas di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Belimbing mendekat, dan memberi isyarat agar membuangnya di bak sampah saja.

“Disini tidak ada tempat khusus Pak. Semua masuk bak sampah saja,” jawabnya.

Tanpa menunggu lagi, Adi langsung melemparkan plastik kresek itu ke dalam bak sampah. Ia merasa tidak bersalah lagi, karena sudah berusaha memisahkan limbah berbahaya sejak dari rumah.

“Yang saya tahu, baterai jenis apapun juga termasuk limbah berbahaya dan butuh penanganan khusus. Makanya dari rumah sudah saya pisahkan dengan plastik khusus. Namun karena kata petugas tadi begitu, tentu saya hanya bisa menurut saja,” katanya.

Ia berharap, agar Dinas Lingkungan Hidup menyediakan bak sampah khusus, untuk segala jenis limbah berbahaya yang berpotensi membahayakan lingkungan. Dengan demikian, masyarakat juga terdidik untuk memisahkan limbah berbahaya dengan limbah rumah tangga.

Sementara petugas TPS Belimbing yang sebut saja namanya Dodi, mengaku sejak lama tidak disediakan tempat sampah limbah berbahaya khsuus. Makanya ia tidak ragu untuk menumpuk semuanya di bak sampah.

“Saya tidak tahu, apa nanti di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) ada petugas yang akan memilahnya. Yang penting, kalau nanti ada penempatan limbah berbahaya khusus, maka saya akan minta semua warga untuk mematuhinya,” katanya.

Sedangkan Manajer Humas PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI), Arum Pusposari kepada wartawan, Minggu (2/5), mengatakan masyarakat dan dunia usaha perlu diedukasi tentang bahaya limbah B3 dan harus tahu cara mengolah limbah ini, sehingga aman bagi lingkungan.

“Kehancuran bumi semakin hari semakin mengkhawatirkan. Efek rumah kaca menyebabkan kerusakan pada lapisan ozon yang melindungi bumi, dari paparan sinar matahari langsung dan benda langit lainnya. Berbagai peristiwa di bumi telah memberikan kontribusi terhadap kerusakan ekosistemnya. Diantaranya adalah kegiatan Industri,” katanya.

Mengenai kegiatan industri, salah satu hal yang paling merusak lingkungan adalah limbah yang dihasilkannya. Biasanya limbah industri berbahaya tidak hanya bagi manusia, tetapi juga bagi hewan dan tumbuhan termasuk ekosistem alam yang menopang kehidupannya, jika tidak dikelola dan dirawat dengan baik.

“Banyak orang tidak menyadari hal ini. Beberapa orang bahkan berkontribusi merusak alam dengan membuang limbah berbahaya mereka secara sembarangan, seperti baterai atau bola lampu,” ungkapnya.