Ragam  

Pilunya Janda 3 Anak, Rumah Tempat Menopang Hidup Dihondoh banjir

Ema besera anak-anaknya diapit mahasiswa yang membantu mereka. Dibelakang tampak atap seng rumah Ema yang hancur diterjang banjir. (Andika)

Tak ada kata-kata yang bisa terucap dari mulut Ema, janda beranak tiga, ditinggal mati suaminya. Matanya hanya berkaca-kaca mendengar anak yatim, sang buah hatinya risau karena tak menemukan lagi buku-buku sekolahnya.

Tak ada yang bisa diperbuat Ema lagi. Rumah tempat tinggal yang sekaligus menjadi kedai kopi, sebagai usaha sehari-hari bagi Ema untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, kini sudah rata dengan tanah. Dinding papan dan tiang-tiang kayu rumah banyak yang hanyut. Hanya atap seng yang tersisa sudah tak utuh pula.

“Sekarang kami sebatang kara, tak tahu hendak tinggal dimana. Usaha kedai kopi saya juga telah hancur. Entah dengan apa kami lagi akan hidup. Harta yang tinggal hanya pakaian lekat dibadan,” ujar Ema.

Ganasnya luapan Sungai Batang Bayang, Ujung Gading akibat derasnya hujan yang turun, sudah menguburkan istana dan harta Ema beserta anak-anaknya. Kini janda itu meratap tak tahu harus mengadu kepada siapa.

Sejumlah relawan dari mahasiswa mencoba memberi semangat dan mencarikan tumpangan untuk keluarga yatim ini. Itu yang bisa dilakukan para generasi intelektual itu. Mereka juga mengumpulkan sisa-sisa bangunan rumah Ema.