Peningkatan SDM Penting untuk Pengembangan Ekonomi Sumbar ke Depan

Dony Oskaria jadi keynote speaker dalam seminar “Konsep dan Pemikiran 100 Tokoh Minangkabau untuk Sumbar ke depan” Minggu (29/9) di Hotel Pangeran Beach. (romel)

PADANG – Cerdas dan bernas, begitulah pemaparan pengusaha muda milenial, Doni Oskaria saat tampil dalam Seminar bertajuk “Konsep dan Pemikiran 100 Tokoh Minangkabau Untuk Sumbar ke depan”. Seminar digelar oleh grup whatsapp TOP 100 di Pangeran Beach Hotel Padang, Minggu (29/9/2019).

Tampil lugas, Dony memaparkan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) dan dukungan pemerintah menjadi yang terpenting dalam pengembangan dan keberlanjutan ekonomi Sumbar ke depan. Selama ini, kedua faktor tersebut tidak maksimal sehingga pertumbuhan ekonomi Sumbar stagnan di kisaran 5,2% saja.

Pemikiran dan gagasan CEO di beberapa perusahaan CT Corp itu berangkat dari kegalauannya melihat kondisi Sumbar saat ini. Karena itu, harus ada upaya-upaya strategis agar Sumbar mampu bersaing di era Revolusi Industri 4.0 saat ini. Agar setidaknya, 10 tahun ke depan bagaimana agar Sumbar bisa bersaing secara nasional.

“Selama ini Sumbar masih terpaku kepada kebanggaan-kebanggaan masa lalu. Untuk itu, harus ada pemikiran bersama, baik itu para pemimpin dan masyarakat, Sumbar 10 atau 20 tahun ke depan itu maunya seperti apa?” ungkapnya.

Sebagai keynote speaker di seminar yang dipandu Doktor Abdullah Khusairi, dosen UIN Imam Bonjol Padang itu, Dony yang tampil santai dan enerjik menyampaikan bahwa konsentrasi pembangunan Sumbar itu, pertama di bidang pertanian dan kedua pariwisata.

“Tapi, pembangunan kedua sektor tersebut tidak jelas arahnya. Akibatnya, hasil yang diharapkan tidak maksimal. Padahal, nyaris tak ada daerah di Sumbar yang tidak memiliki potensi objek wisata,” ujar Dony yang mensponsori acara “kopi darat” diskusi Grup WA yang beken tersebut.

Dijelaskan, Sumbar tidak punya destinasi yang digarap dengan baik. Pariwisata Sumbar tidak didisain untuk memberikan dampak ekonomi pada maayarakat.

“Kita salah langkah dengan membangun destinasi wisata secara sporadis. Seharusnya, pemerintah berpikir bagaimana destinasi wisata dikelola secara profesional. Saya termasuk yang tidak setuju pembangunan pariwisata seperti Kawasan Wisata Mandeh. Begitu juga dengan promosi yang dilakukan ke negara-negara Eropa. Untuk apa? Harusnya ke Malaysia, Vietnam, Cina, dan negara-negara Asia, yang jaraknya ke Sumbar hanya beberapa jam penerbangan,” sebutnya.

Menurut putera Tanah Datar kelahiran 50 tahun lalu itu, fokus pembangunan itu adalah masyarakat, khususnya di nagari-nagari yang menjadi basis ekonomi Sumbar. “Kita menginginkan Sumbar yang maju, bermartabat yang berlandaskan agama dan adat istiadat,” terang Dony.

Pembangunan yang dilakukan itu, lanjut Anggota Dewan Komisaris PT Garuda Indonesia itu, bukan semata membangun fisik semata, tetapi bagaimana jiwa (ruh) juga harus dibangun. Termasuk membangun generasi muda Sumbar yang tangguh, jauh dari LGBT, prostitusi dan narkoba.

“Jadi yang dibutuhkan Sumbar ke depan itu adalah pemimpin yang tidak sibuk dengan perkara politik semata. Pemimpin Sumbar itu harus mampu menyiapkan ruang publik bagi generasi muda Sumbar untuk melampiaskan kreativitasnya secara kongkret,” ucapnya.

Anak muda Minang saat ini, sebenarnya tidak kalah dengan yang lainnya. Menurut Doni, di perusahaan-perusahaan berbasis online, seperti traveloka dan sejenisnya, banyak di-inisiasi oleh anak-anak muda Minang di perantauan. “Perang kita bukan perang masa lalu, tapi kita perang masa depan,” pungkas Dony.