Pemerintah Perlu Perhatikan Potensi Nagari dalam Program Pembangunan

Diskusi Konsep dan Pemikiran 100 Tokoh Minangkabau foto bersama Minggu (29/9) di Hotel Pangeran Beach Padang. (ist)

PADANG – Diskusi bertajuk konsep dan Pemikiran 100 Tokoh Minang untuk Sumbar kedepan menjadi isu menarik grup WhatsApp TOP100 di Pangeran Beach Hotel, berlangsung hangat dan cerdas. Para peserta anggota grup yang notabene adalah para tokoh, akademisi, pengusaha dan pekerja kreatif itu, menuangkan gagasannya untuk Sumbar sejahtera, khususnya secara perekonomian.

Dalam diskusi yang dipandu oleh DR Abdullah Khusairi tersebut, antropolog Nusyirwan Effendi menilai, Grup top100 mempunyai arah yang jelas dalam upaya membangun visi ke depan. Anggota grup menuangkan gagasannya, menyumbangkan pikirannya berharap ekonomi Sumbar makin maju dan masyarakatnya sejahtera.

Menurut Prof. Nusyirwan, Sumbar punya kekuatan dalam membangun kehidupan. Walau sebenarnya, di sisi SDM, Sumbar jauh lebih sedikit daripada provinsi lain. Secara nasional, penduduk Sumbar hanya 5 juta dari 260 juta penduduk Indonesia.

“Kita hanya punya SDM yang jauh lebih kecil dari provinsi lain. Tapi untungnya Sumbar punya sel-sel yang kuat, seperti nagari yang mempunyai karakter yang khas dan kuat secara ekonomi,” ucapnya.

Karena itu, harus ada lompatan dalam upaya mempercepat pembangunan ekonomi Sumbar yaitu membangun dari dalam dan luar. Sekarang ada Minang diaspora, yang bisa dijadikan pendorong pembangunan nagari di Sumbar dari luar.

“Namun persoalannya, beda pemerintahan beda lagi narasinya sehingga jadi kurang fokus terhadap pembangunan nagari dengan bermacam karakteristiknya,” terang Nusyirwan.

Dulu, semasa Gubernur Gamawan Fauzi, lanjutnya, ada biro pemerintahan nagari. namun seiring pergantian pemerintahan, biro itu dilebur dan hanya jadi bagian dari biro lain.

“Ke depan, kita harus secara bersama sama memikirkan bagaimana membangun sesuai dengan RPJM dan RPJD sehingga lebih terarah,” kata Prof. Nusyirwan.

Sementara itu, Hasril Chaniago melihat bahwa sebenarnya sejak dulu Sumbar sudah memiliki basis ekonomi yang kuat yang berada di nagari. Karena itu, saat krisis moneter melanda republik ini, masyarakat di nagari Nagari tak terkena imbasnya.

”Beda dengan di Jawa. Lahan pertanian di Jawa, 80 persen milik pengusaha, hanya sekitar 20 saja yang milik petani. Kondisi itu bertolak belakang dengan di nagari-nagari di Sumbar. Dengan kekuatan adatnya, lahan pertanian yang ada, 80 persen dimiliki langsung oleh petani penggarapnya. Hanya sekitar 20 persen saja milik pengusaha. Karena itu, saat krismon, petani kita di Minang aman aman saja, tak ada dampak krismon,” ujar Hasril.

Karena itu, Hasril berharap, pemerintah perlu memperhatikan potenai-potensi nagari dalam program pembangunan yang berkelanjutan. (Romelt/Rel)