Pariwisata Petualangan Andalan Sumbar

PADANG-Pariwisata petualangan bisa menjadi andalan Sumatera Barat (Sumbar) di masa datang, mengingat banyaknya tempat-tempat yang bisa dikembangkan. Topografi Sumbar yang kaya akan keindahan alam, baik darat maupun laut, ditambah pula budaya dan kuliner, bisa menjadikannya paket wisata menjanjikan.

Maka sangat tepat kiranya Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menjadikan Sumbar satu dari tiga kota, tempat dilaksanakannya Focus Group Discussion (FGD). Dua tempat lainnya adalah Bandung dan Makasar.
“FGD ini untuk menyusun dan melakukan percepatan penerapan pariwisata petualangan di seluruh Indonesia,” kata Asdep Pengembangan Wisata Alam dan Buatan Kemenpar Alexander Reyaan kepada Singgalang, di sela-sela acara FGD di Hotel Grand Inna Muara Padang, Kamis (4/10).
Ia mengatakan, hasil akhir dari FGD ini nantinya adalah tersusunnya norma, standar, pedoman, dan kriteria, atau disingkat dengan NSPK Pariwisata Petualangan di Indonesia. Ia akan menjadi rujukan untuk seluruh provinsi yang akan menyediakan pariwisata petualangan.
“Pariwisata petualangan sebagian besar mengandalkan alam sebagai daya tarik wisata. Ia menjadi salah satu bentuk pembangunan pariwisata berkelanjutan, yakni memperhitungkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan saat ini dan masa datang,” ujarnya.
Selain itu, juga untuk memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan, dan masyarakat setempat. Maka dari itu, pembangunannya harus berkelanjutan.
“Maka dari itu, keberadaan homestay, toilet yang nyaman, warga yang ramah, dan kebersihan tempat wisata, akan menjadi penentu keberlanjutan pariwisata petualangan,” tuturnya.
Ia berharap, keterlibatan semua pihak bisa membuat pariwisata petualangan menjadi ikon andalan di masa datang. Paket wisatanya harus banyak, dengan banyak pilihan seperti arung jeram, naik gunung, wisata pulau, surfing, diving, dan lainnya.
Sementara Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata Sumbar Didit P.Santoso mengatakan, Sumbar menawarkan hampir semua jenis pariwisata petualangan. Mereka yang ingin berpetualang naik gunung, banyak gunung yang bisa didaki.
“Bagi yang suka petualangan ke pulau-pulau indah tengah laut, kita memiliki banyak destinasi wisatanya. Apalagi ditunjang dengan kuliner yang sudah terkenal, akan menjadi pariwisata petualangan sumber pendapatan yang menjanjikan,” ujarnya.
Ia setuju jika semua fasilitas harus dilengkapi, agar wisatawan merasa nyaman dan berbahagia saat berkunjung. Mereka tentunya bisa menjadi alat promosi yang hebat, dengan datang kembali bersama rekan-rekannya yang lain.
Sedangkan anggota tim Percepatan Pengembangan Wisata Petualangan Yudha Wira P.P mengatakan, acuan standar usaha pariwisata petualangan terdiri dari standar produk, pelayanan, dan pengelolaan. Standar produk mencakup paket wisata petualangan, sarana dan prasarana, pemanduan, dan fasilitas penunjang.
“Untuk pelayanan sesuai standar operasional pelayanan, mencakup informasi layanan, penyambutan, tata tertib wisatawan, pembayaran, pelaksanaan kegiatan, penanganan risiko, pengawasan, penanganan keluhan dan umpan balik, asuransi wisatawan, dan penyediaan makanan dan minuman,” ujarnya.
Terkait sumber daya manusia, dimana pemandunya harus bersertifikat, perlindungan asuransi pekerja, tenaga penyelamat, dan program pelatihan peningkatan kompetensi manajemen teknis. Sedangkan sarana dan prasarana, harus ada kantor, ruang tunggu, gudang, toilet, dan utilitas.
Sementara anggota tim lainnya, Sulitstiati Supriadi mengatakan wisata petualangan di Indonesia ada tiga kategori, yakni pariwisata petualangan nusa, tirta, dan dirga. Kategori nusa yakni pendakian, trekking, penelusuran goa, panjat tebing dan dinding, lari lintas alam, berburu, dan masih banyak lagi.
“Kategori tirta yakni arung jeram, kayak, tubing, river boarding, surfing, berlayar, memancing, dan lainnya. Untuk kategori dirga yakni paralayang, paramotor, terbang layang, layang gantung, dan bungge jumping,” katanya.
Pariwisata petualangan membutuhkan dukungan lintas sektor yang kuat, solid, dan berkelanjutan. Baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi, maupun tingkat pusat.

Pemahaman sektor pariwisata petualangan juga harus didukung sektor kehutanan, kelautan, keamanan, kesehatan, perhubungan, dan lainnya. Pedoman ini harus ditindaklanjuti dengan sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan penerapan pedoman, pengembangan model destinasi pariwisata petualangan, serta pengembangan mekanisme insentif dan disinsentif bagi destinasi pariwisata petualangan. (hendri)