Orasi Ilmiah Di UIN Imam Bonjol, Ini Kata Sutan Riska

DHARMASRAYA – Bupati Dharmasraya, Sutan Riska Tuanku Kerajaan dipercaya memberikan Orasi Ilmiah, di hadapan ratusan wisudawan Universitas Islam Negeri Imam Bonjol, Sabtu, (19/11/2022).

Dalam orasinya Sutan Riska menyampaikan ucapan selamat kepada wisudawan, karena hari ketika semua perjuangan dan kerja keras dituntaskan.

“Inilah hari ketika doa kita di-ijabah, doa- doa ayah dan ibu kita dalam tahajud malam dikabulkan tuhan. Keberhasilan hari ini bukanlah keberhasilan satu orang, tapi keberhasilan yang didukung oleh banyak tangan dan doa yang mungkin tak terlihat,” ucap bupati dua periode tersebut.

Ia mengungkapkan kebanggaan kepada Tuanku Imam Bonjol, nama yang diabadikan sebagai UIN saat ini. Menurut Sutan Riska, Tuanku Imam Bonjol merupakan tokoh Minangkabau yang luar biasa. Tuanku Imam Bonjol datang membawa perubahan, mengajak kebaikan, dan mencegah keburukan di tempatnya.

“Dari Tuanku Imam Bonjol kita belajar tentang komitmen melaksanakan “ammar ma’ruf nahi munkar”, secara bersungguh-sungguh demi masyarakat yang lebih baik. Bahkan keyakinan itu ia harus tebus dengan kebebasan dan nyawanya,” kata Sutan Sutan Riska.

Lanjut Sutan Riska, bawalah spirit Tuanku Imam Bonjol menjadi agen perubahan. Ijazah dan ilmu yang kalian dapat dari proses di kampus ini adalah mandat dan amanat untuk menebarkan kebaikan dan membuat perubahan demi masyarakat yang lebih baik. Pada tingkat yang kecil sekalipun. Siapa tahu nanti setelah ini ada yang jadi bupati, gubernur, menteri, bahkan presiden.

Selain itu, tambah Ketua Umum Apkasi ini, bahwa Imam Bonjol ada begitu nama tokoh minangkabau menghiasi sejarah Indonesia. Wakil Presiden Bung Hatta, Perdana Menteri Sjahrir, Menteri Luar Negeri dan diplomat ulung Haji Agus Salim. Bahkan tokoh pemikir yang sempat dipinggirkan dalam catatan sejarah nasional, seperti Tan Malaka dan Syafruddin Prawiranegara. Mereka dikenal sebagai pembelajar yang tekun. Tak jarang belajar otodidak, seperti Haji Agus Salim yang menguasai empat bahasa dan menjadi juru bicara yang fasih dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui jalur diplomasi.

Selain pembelajar yang tekun, tokoh-tokoh minangkabau tersebut adalah komunikator yang ulung, baik secara lisan maupun tulisan. Sepanjang hayatnya, Bung Hatta telah menghasilkan tak kurang dari 700 karya tulisan dalam Bahasa Indonesia, Inggris, dan Belanda.

“Artinya apa? Sebagai orang Minang kita punya modal sebagai pembelajar dan komunikator. Dua hal yang sangat penting untuk berkiprah dunia yang makin kompleks. Tapi harus dua-duanya. Jangan komunikatornya saja ulung tapi malas belajar. Nanti hanya jadi pembicara di lapau atau warung kopi,” tegas bupati

Bupati juga berpesan agar modal budaya sebagai pembelajar dan komunikator harus ditransformasikan menjadi kompetensi dalam mengarungi dunia yang sarat dengan teknologi digital. Pelajarilah keterampilan-keterampilan yang akan menunjang kompetensi akademis di dunia digital nanti. Kuasailah fitur-fitur yang ada di teknologi digital. Jadilah pemenang dan pengendali teknologi digital, bukan sekadar pengguna dan pasar konsumen teknologi. Apa pun jurusan yang pilih, kuasailah teknologi sebagai penunjang kompetensi. Apalagi teknologi kini semakin murah dan tersedia.

“Dengan memahami modal budaya sebagai pembelajar yang tekun, komunikator yang ulung, serta mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Maka jalan menuju sukses akan terbuka lebar. Saya doakan para wisudawan hari ini akan menjadi orang yang sukses di bidangnya, menjadi teladan dalam menegakkan “amar ma’ruf nahi munkar”. Dan menebarkan kebaikan di mana pun Anda berkiprah. Setelah sukses, jangan lupa ditengok kembali almamater tercinta kita, untuk kita bangun bersama agar bisa berkembang lebih baik lagi. Selamat jalan, semoga Allah SWT melindungi kita semua,” pungkasnya. (roni)