Ngeri-ngeri Sedap di Sitinjau Lauik

Jalan Sitinjau Lauik. ( roni aprianto)

Oleh Roni Aprianto/ Wartawan Madya

Avanza yang saya tumpangi melaju melindas kerasnya aspal, berebut jalan dengan ratusan kendaraan lainnya. Sang sopir lihai memainkan kotak besi buatan Jepang itu. Salip kiri, salip kanan selaras dengan speedometer dan tekanan pedal gas.

Jarum jam menunjukkan pukul 15.00 WIB dan terus bergerak bak putaran roda pedati, pelan tapi pasti. Setelah menempuh perjalanan ratusan kilometer, kami pun menapaki Jalan Lintas Sumatera, di Kawasan Kota Solok dan Kabupaten Solok, menuju arah Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. Kami berangkat dari Kabupaten Dharmasraya, menggunakan dua unit mini bus, yakni Avanza dan Innova sekira pukul 10.30 WIB pada hari Selasa 21- Mei 2024.

Saya naik Avanza bersama Wartawan Harian Rakyat Sumbar, Yahya, dan Aciak Wartawan Online Mediacerdas.com, dengan Driver Wartawan LKBN Antara Ilka Jansen. Sementara Wartawan Senior Harian Singgalang, Syafri Piliang, Zufia Anita Wartawan Harian Padang Ekspres dan Maya Dwi Efendi Wartawan Online Jurnal.com naik mobil Innova yang dikemudikan Wartawan Harian Khazanah, H. Habibi.

Langit yang tadinya cerah berubah jadi gelap diselimuti gumpalan awan hitam. Mendung menyergap pertanda hujan akan turun. Kuasa tuhan tidak bisa ditolak. Ketika memasuki perbatasan antara Kota Padang dan Kabupaten Solok, butiran- butiran bening mulai jatuh dari langit membasahi bumi. Lama lama kian deras. Hujan lebat bercampur kabut memperpendek jarak pandang pengemudi.

Perasaan was- was mulai menghantui pikiran lantaran di jalur satu- satunya menuju Kota Padang ini acap kali terjadi kecelakaan dan musibah longsor. Bahkan belum lama ini longsor menghantam kendaraan yang melintas di sana, sampai memakan korban jiwa. Takut pula peristiwa serupa menimpa kami. Ngeri- ngeri sedap rasanya mengingat semua itu.

Jalan Sitinjau Lauik merupakan salah satu akses yang cukup ekstrim. Tidak semua driver berani melintas di sana. Hanya driver yang memiliki keberanian saja sanggup melewati jalan berliku dan terjal itu. Jika melintas dari Kabupaten Solok menuju Kota Padang, di sebelah kiri ada jurang menganga lebar dengan pohon- pohon berukuran besar yang siap menelan korban apabila pengendara tergelincir. Di sebelah kanan ada gundukan bukit yang kapan saja siap menimbun dan menyeret pengendara hingga jatuh ke dalam jurang.

Dalam hati, kami berdoa,” Ya Allah selamatkan kami dan pengendara lainnya sampai ke tempat tujuan, aamiin,” gumam kami dalam hati.

Driver bernama Ilka Saputra, dan H.Habibi dengan hati hati penuh kewaspadaan terus memacu kendaraan menembus derasnya hujan dan tebalnya kabut Sitinjau Lauik. Menjaga jarak kendaraan dengan pengguna jalan lainnya.

Suasana yang tadinya penuh dengan obrolan hilir mudik serta gelak gelak tawa, seketika hening. Mulut tertutup rapat, tak ada kata terucap, tatapan mata kami mengarah tajam ke arah tebing, bukit- bukit di pinggir Jalan Lintas Sitinjau Lauik, waspada kalau- kalau terjadi longsor. Terbayang keluarga yang ditinggalkan di rumah. Riak air sebesar paha orang dewasa berwarna keruh bercampur tanah mengalir deras dari sela- sela perbukitan, membuat bulu kuduk merinding.

Di pinggir jalan tampak pula dua tiga mobil ringsek akibat kecelakaan dan hantaman longsor. Ada pula yang rebah kuda lantaran pengemudi kurang hati- hati. Pemandangan yang membuat detak jantung berdebar kencang.

Untung saja di hari itu pemerintahan Provinsi Sumatera Barat mengeluarkan kebijakan tentang pembatasan jam operasional kendaraan angkutan barang di Jalur Sitinjau Lauik. Sehingga kami dan pengguna jalan lainnya tidak terjebak macet.