Ragam  

Narasi Puitis Lion Air Ternyata Ditulis Gamawan Fauzi

JAKARTA – Torehan pena Gamawan Fauzi berupa sebuah narasi puitis viral sampai Sabtu (3/11). Ini tulisannya yang kesekian yang menyentuh sisi kemanusiaan kecelakaan Lion Air, Senin (29/10) lalu.

“Iya benar, itu saya yang membuat, saya tergugah dsn terguncang karena musibah itu,” kata Gamawan pada Singgalang, Sabtu (3/11). Tulisan puitis itu diambil dan disebar dari WAG ke WAG yang lain. Ada yang mengambil sepotong-sepotong tanpa mencantumkan siapa penulisnya. Ini mirip dengan puisi Jayaning Hartami yang kemudian disebut karya Sri Mulyani. Menkeu sudah menjelaskan, itu bukan puisi dia. Akan halnya karya Gamawan, banyak yang tidak mencantumkan nama si penulis dan disebar seolah-olah karya si penyebar.

Apa yang ditulis Gamawan Fauzi mantan mendagri tersebut?

Ini:
TAKDIR

Senin pagi ini. Satu demi satu penumpang mendekat ke pintu keberangkatan di Soekarno Hatta. Petugas check in menyambut mereka dengan senyum.
Sekitar 180 penumpang mendekati takdirnya.
Ada yang tertinggal karena macet di jalan, ada yang pindah ke pesawat yang lebih awal karena ingin cepat sampai dan ada juga yang batal karena ada urusan lain yang tiba tiba.
Tak ada yang tertukar.
Tak maju sedetikpun dan tak mundur sesaatpun.
Allah menyeleksi dengan perhitungan yang tak pernah salah.
Mereka di takdirkan dalam suatu janjian berjamaah. Takdirnya seperti itu, tanpa dibedakan usia. Proses pembelian tiket, check in, terbang dan sampai akhir perjalanan Lion hari ini, hanya sebuah proses jalan untuk pulang, menjumpai takdir yang tertulis di Lauh Mahfuz. Sebuah catatan yang tak pernah kita lihat, tapi kita jumpai.
Lalu kapan giliran kita pergi ? Hanya Allah yang tau.
Kesadaran iman kita berkata. Bersiap setiap saat, kapanpun dan dalam keadaan apapun.
Mari kita benahi kataqwaan kita untuk bekal pulang ke kampung abadi.
Kita do’a kan mereka yang lebih dulu berangkat pagi ini.
Innalillahi wainna ilaihi rajiuun.
Semoga husnul khatimah dan mendapat tempat yang mulia di sisi Allah SWT.
Aamiin YRA.
Hanya itulah jalan terbaik.
Jakarta, 29 Oktober 2018

(aci)