Muktamar Muhammadiyah, Baru Lima Persen Formulir Calon Pimpinan Dikembalikan

Shofwan Karim. (*)

PADANG – Muktamar Muhammadiyah ke-48 tahun 2020 di Solo semakin dekat. Kendati demikian, belum banyak calon pimpinan yang mengembalikan formulir pernyataan kesediaan untuk dicalonkan.

Demikian informasi yang disampaikan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumatera Barat Dr. H. Shofwan Karim Elhussaini, Senin (18/11). Shofwan bersama delegasi yang dipimpinnya, saat berada di ajang Konsolidasi Nasional Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang diikuti 500-an peserta se-Indonesia, di Gedung PP Muhammadiyah Yogyakarta.

“Laporan panitia pemilihan muktamar yang diketuai HA. Dahlan Rais diperoleh informasi, dari 200-an surat permintaan kesediaan menjadi calon pimpinan, baru sekitar lima persen yang mengembalikannya. Padahal, para calon itu akan ditetapkan melalui tanwir pra muktamar yang waktunya semakin dekat,” ujar Shofwan.

Dikatakan, untuk memperlancar mekanisme penetapan calon Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang akan dipilih di arena muktamar, panitia pemilihan menetapkan paling lambat pada Januari 2020.

Shofwan menjelaskan, ada banyak agenda strategis yang menjadi sorotan para peserta rapat konsolidasi itu, mulai dari persoalan dakwah dan pendidikan, sampai pada aspek kesehatan, ekonomi, sosial, dan kemanusiaan yang selama ini sudah digarap serius oleh Persyarikatan Muhammadiyah.

“Semua bidang garap amal usaha itu harus tetap ditingkatkan, disempurnakan, direview, dan diperbaharui sesuai kaidah kemajuan dan kemoderenan, sesuai pula dengan perkembangan dinamika internal dan eksternal Muhammadiyah,” katanya.

Terkait dengan berbagai isu strategis, misalnya tentang jumlah kader Muhammadiyah yang dipercaya jadi menteri, dan persoalan hijab dalam bentuk cadar dan celana cingkrang yang akhir-akhir ini jadi perbincangan, menurut Shofwan, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah H. Haedar Nashir mengajak semua elemen untuk menyikapinya dengan arif.

“Merujuk pada putusan majlis tarjih, muka dan telapak tangan bukanlah aurat. Bila ada yang melebihi itu, haruslah dipersuasi dan diedukasi. Bukan dilawan. Mudah-mudahan pada waktunya nanti bisa menyesuaikan. Penguatan pemahaman agama dan pengamalannya harus tetap diperkuat,” tegasnya.

Intinya, tegas Shofwan, Muhammadiyah dengan segenap elemennya sejak dari ranting hingga ke tingkat pusat, dituntut untuk terus meningkatkan komunikasi, relasi, interaksi positif dan produktif, baik secara internal maupun eksternal.(mus)