Opini  

Model Smart Learning Berbasis Sistem Pakar untuk Matakuliah Pemrograman Visual

Dr. Yeka Hendriyani, M.Kom

 

Dalam konteks pembelajaran online, karakteristik mahasiswa sebagai peserta belajar mesti diperhatikan dari segi gaya belajar oleh pendidik secara serius karena hal ini dapat membantu mahasiswa dalam belajar secara mandiri. Gaya belajar memiliki kekuatan yang luar biasa dalam mewujudkan kedahsyatan otak manusia dalam menemukan dan menciptakan sesuatu. Gaya belajar yang tepat dan cermat akan menghasilkan pemikiran-pemikiran yang tepat dan cemerlang yang dapat menemukan sesuatu yang belum ditemukan orang lain. Orang bijak berkata, kesalahan belajar tidak ada, yang ada adalah kesalahan mengajar. Artinya, kalau seorang dosen mampu mengajar sesuai dengan gaya belajar anak, otomatis akan menjadikan anak cerdas dan cemerlang. Namun sebaliknya, bila pengajaran yang dilakukan tidak sesuai dengan gaya belajar anak, akan terjadi penurunan kualitas dari anak itu sendiri, sebab menjadi malas, tidak mau belajar dan bahkan cenderung memberontak di dalam hatinya. Untuk sampai kepada tujuan tersebut, perlu model pembelajaran yang tepat agar tercapai input, proses, output, dan outcomes yang ideal. Salah satu model itu ialah Model Smart Learning Berbasis Sistem Pakar (SLBSP).

Model Smart Learning Berbasis Sistem Pakar (SLBSP) merupakan model pembelajaran yang memiliki ciri-ciri, antara lain memberikan kesempatan yang luas kepada mahasiswa untuk merekonstruksi pengetahuan baik secara individual maupun secara kelompok; pembelajaran bersifat interaktif; berpusat pada mahasiswa; tanggung jawab utama proses pembelajaran terletak di tangan mahasiswa; dosen terutama sekali berfungsi sebagai perencana sumber belajar yang memadai dan memotivasi mahasiswa untuk belajar; menggunakan sumber belajar online yang murah dan mudah diakses; memperhatikan gaya belajar mahasiswa; dan memiliki media pembelajaran yang beragam sesuai dengan karakteristik gaya belajar mahasiswa.

Pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa menekankan kontrol mahasiswa terhadap konten dan proses pembelajaran. Intinya adalah mahasiswa dapat secara penuh mengontrol pembelajarannya sehingga dia dapat belajar kapan saja, di mana saja, dengan kecepatannya sendiri, dengan gaya belajarnya sendiri, dan mulai dari manapun. Mahasiswa memiliki kesempatan yang luas untuk memilih dan menyusun serta mengalokasikan waktu untuk komponen-komponen pembelajaran yang dipilih dalam menciptakan suatu pengalaman belajar yang dibutuhkannya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa sekaligus meletakkan tanggung jawab utama proses pembelajaran terletak di tangan mahasiswa. Bila selama ini mahasiswa terbiasa dengan pembelajaran yang sepenuhnya dilaksanakan dengan tatap muka dengan dosen, dengan model ini, kebiasaan itu perlu diubah menjadi terbiasa melaksanakan pembelajaran mandiri atau bersama yang dilaksanakan secara online.

Pembelajaran dengan model ini menghendaki dosen di samping tetap bisa melaksanakan pembelajaran secara sinkron, juga bisa mengembangkan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran secara asinkron. Sistem pembelajaran online tidak hanya sekadar mengunggah komponen pembelajaran secara online, tetapi juga setiap komponen pembelajaran yang diunggah itu harus didasari pada teori belajar dan pembelajaran yang relevan. Oleh sebab itu dosen harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk bisa mengembangkan sumber belajar yang memadai sehingga mahasiswa bisa belajar secara maksimal.

Pembelajaran model ini memanfaatkan segala keunggulan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk memperoleh hasil belajar yang diharapkan. Keunggulan teknologi ini hendaklah dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga mahasiswa dengan gaya belajar yang berbeda-beda dapat memperoleh keuntungan dalam proses pembelajaran. Sementara itu, keunggulan perkuliahan tatap muka yang sekarang menjadi tatap maya (sinkron) bisa mengatasi kekurangan yang terdapat pada perkuliahan online asinkron, seperti yang berhubungan dengan pembentukan kompetensi ranah afektif.

Pada proses pembelajaran, mahasiswa yang melakukan pembelajaran dengan model Smart Learning ini belajar sesuai dengan sintaks yang dirancang pada model. Adapun sintaksnya terdiri atas lima langkah, yaitu profil gaya belajar; orientasi; kegiatan pembelajaran; diskusi; dan evaluasi.

Perbedaan antara pembelajaran antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, yaitu selain dari sintaks yang direncanakan, juga dari segi media yang digunakan. Pada kelas kontrol, media yang digunakan, yaitu berupa modul dan power point, sedangkan pada pembelajaran kelas eksperimen, media dibuat sekaya mungkin yang memungkinkan mahasiswa dapat memilih belajar dengan media yang disenanginya. Di antaranya, yaitu dengan penambahan video tutorial, link relevan, dan juga jurnal-jurnal.

Model ini menyediakan berbagai media yang dapat dipilih oleh mahasiswa yang telah sadar dengan gaya belajarnya dan juga tahu bagaimana memanfaatkan gaya belajar dalam proses pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan secara menyenangkan dan optimal. Pilihan-pilihan tersebut menjadikan model ini menjadi lebih adaptif dan interaktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Merrill bahwa interaktivitas erat kaitan-nya dengan kontrol siswa, di mana siswa dapat memilih komponen pembelajaran sesuai dengan keinginannya.

Setelah dilakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model ini selama satu semester, berdasarkan evaluasi pembelajaran baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor di kelas eksperimen, didapatkan hasil belajar yang meningkat baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hal ini juga sama dengan kelas kontrol yang juga mengalami peningkatan dengan menggunakan model online konvensional, di mana dari hasil ini ada sedikit perbedaan dan untuk hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor, di mana hasilnya secara statistik signifikan.

Dari hasil belajar kognitif, mahasiswa diuji dengan menggunakan instrumen untuk mengukur hasil belajar pengetahuan tentang mata kuliah pemrograman visual. Perbedaan ini secara statistik signifikan yang menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif kelas yang menggunakan model Smart Learning berbasis Sistem Pakar ini lebih baik dari kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran online konvensional.