Opini  

Model Program Pengalaman Lapangan (PLI) Berbasis Revolusi Industri 4.0

Dr. Henny Yustisisa, S.T, M.T.
(Akademisi/Peneliti)

Dalam upaya penanggulangan pengangguran lulusan SMK, Menteri Pendidikan Wardiman (periode 1989-1998) memulai program link and match antara dunia pendidikan dengan dunia industri. Tujuan link and match tersebut untuk mendapatkan alumni yang kompeten dan sinkron dengan kebutuhan kerja di industri. Diharapkan, pola kiblat pendidikan yang awalnya supply minded sekarang menjadi demand minded (kebutuhan pasar).

Program link and match ini terdiri atas dua sasaran, yaitu pada tingkat sekolah menengah dan pada tingkat perguruan tinggi. Khusus untuk sekolah menengah, sasaran program pemerintah mengubah proporsi siswa SMA vs SMK 70:30, menjadi 30:70, sedangkan pada tingkat perguruan tinggi diharapkan adanya peran industri agar terciptanya pelatihan-pelatihan khusus bahkan join untuk mendirikan institusi sinkron dengan jenis industri yang dikembangkan.

Jika dulunya tamatan SMK banyak yang menjadi pengangguran karena tidak sesuainya keahlian yang diinginkan perusahaan (supply driven), untuk masa depan, diusahakan tamatan SMK mempunyai kompetensi yang memang dibutuhkan oleh pihak industri (demand driven). Diharapkan, pihak pemerintah dapat membuat regulasi agar pihak industri mempunyai tanggung jawab terhadap dunia pendidikan. Jika dunia pendidikan telah dapat menghasilkan tamatan yang mempunyai kompetensi yang sesuai dengan dunia kerja, dipastikan rakyat Indonesia dapat terlibat di jajaran perusahaan asing sehingga nantinya dapat belajar bagaimana mengembangkan perusahaan dengan skala internasional.

Untuk melaksanakan program link and match, pihak Perguruan Tinggi bekerja sama dengan industri dalam melaksanakan Pengalaman Lapangan Industri (PLI). Mahasiswa diwajibkan untuk PLI dalam rangka mengaplikasikan ilmu yang sudah mereka dapat di bangku perkuliahan. Saat PLI, mahasiswa akan mengetahui seperti apa dunia kerja yang sebenarnya, yang akan mereka geluti nantinya setelah tamat. PLI secara intensif menyeimbangkan dengan abstrak alam pengetahuan teoritis dibandingkan dengan pengalaman praktis.

Dari pihak industri, diharapkan adanya masukan sehingga tercapainya tujuan program PLI dalam rangka meningkatkan kompetensi mahasiswa dan pengenalan dengan dunia kerja. Kompetensi yang diharapkan setelah mahasiswa PLI harus sesuai dengan kompetensi abad 21 atau biasanya dikenal dengan istilah 4C, yaitu (a) kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical-thinking and problem-solving skills), mampu berpikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam konteks pemecahan masalah; (b) kemampuan berkomunikasi (communication skills ) dan (c) kemampuan bekerja sama (collaboration skills), mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan berbagai pihak; (d) kemampuan mencipta dan membaharui (creativity and innovation skills), mampu mengembangkan kreativitas yang dimilikinya untuk menghasilkan berbagai terobosan yang inovatif. Kompetensi ini bermuara pada bidang softskill yang berdampak positif dalam membangun kepercayaan diri mahasiswa.

Manfaat lain yang ditawarkan oleh pelatihan industri termasuk akses ke jaringan kerja adalah pengembangan wawasan hubungan manusia dan aspek keselamatan yang terlibat dalam aplikasi praktis dari ilmu teknik dalam masyarakat. Kesimpulan tersebut sesuai dengan hasil riset dari Murnomo (2010), dan Sutrisno & Ixtiarto (2016), yaitu pendidikan kejuruan yang pengembangannya berorientasi dengan kebutuhan dunia kerja menjalin kerja sama dan kemitraan EDUKA (Dunia Industri dan Tenaga Kerja) yang tumbuh di masyarakat.

Kolaborasi lembaga pendidikan dan industri sangat menentukan keberhasilan pendidikan vokasi dan kejuruan, yaitu dalam memberikan input terhadap kompetensi dan standarisasi kemampuan peserta didik lulusan pendidikan vokasi dan kejuruan. Hal ini juga dinyatakan dalam penelitian Dwimawanti, dkk (2002), yaitu hasil pelaksanaan program link and match pada SMK dapat dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan keterampilan siswa, meningkatkan wawasan kerja dan IPTEK, dan meningkatkan rasa percaya diri untuk memasuki dunia kerja. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa pelaksanaan program link and match sangat ditentukan oleh adanya kolaborasi antara dunia pendidikan dengan industri sehingga dapat menunjang kompetensi siswa agar mampu bersaing di dunia kerja.

Diharapkan adanya kerja sama antara perguruan tinggi dengan industri, dimana perusahaan yang melakukan kerja sama dengan pihak kampus seharusnya telah sesuai dengan spesifikasi tempat PLI universitas.
Kesesuaian tempat PLI dilihat dari kecocokan kompetensi kurikulum yang dapat terpenuhi dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan siswa dan industri di dunia kerja abad 21.

Keterampilan khusus yang bersifat akademik memang diperlukan, tetapi yang paling penting bagi pasar kerja saat ini dan masa depan yang sebagian besar tidak diketahui adalah: kerja tim, komunikasi, pemecahan masalah, kepemimpinan, dan pemikiran kritis. Semuanya itu dikenal dengan istilah softskill, dimana hal tersebut dapat dilatih saat mahasiswa PLI.

Saat mahasiswa melakukan PLI, dosen tidak dapat melakukan koordinasi dengan mahasiswa bimbingannya dan pihak perusahaan. Monitoring akan berhasil dengan baik berkat kerja sama oleh kedua koordinator, yaitu koordinator magang akademik dan supervisor industri.

Diharapkan dengan pengembangan model program PLI yang berbasis aplikasi, mahasiswa, dosen pembimbing, dan pihak industri akan terbantu dalam rangka pencapaian tujuan pelaksanaan, PLI yaitu mengaplikasikan ilmu di perkuliahan, mencapai kompetensi yang sesuai dengan keinginan industri, dan mendapatkan link bagi mahasiswa untuk PLI dan jika sudah tamat untuk bekerja di industri.

Kegiatan PLI pada Revolusi Industri 4.0 harus sesuai dengan kompetensi yang diharapkan pada era digital yaitu harus menerapkan perkembangan teknologi internet yang dikenal dengan Internet of Things (IoT). Melalui PLI, diharapkan dapat memperoleh pengetahuan baru; memperdalam softskill dan juga mempraktikkan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki. Softskill merupakan sekelompok keterampilan utama sebagai pelengkap core competition (hard skill) yang sudah dipelajari di program studi masing-masing.