Menjemput Kejayaan Dharmasraya Dimasa Lalu Untuk Masa Kini

Seorang balita terlihat di pintu masuk Kawasan Candi Padang Roco, Kabupaten Dharmasraya.(yuke)

Singkat cerita Puti Reno Langguak berhasil mendirikan kerajaan sendiri. Hingga keberadaannya diketahui Kerajaan Pagaruyung. Pihak kerajaan Pagaruyung pun mendatangi kerajaan Koto Besar. Sayang sang Puti Reno Langguak tidak mau. Habis kesabaran pihak kerajaan Pagaruyung hingga mereka membuat sumpah. Sumpah itu pun dibalas Puti Reno Langguak.

Rumah Tuo Koto Besar, yang juga disebut sebagai rumah gadang Koto Besar merupakan rumah adat Minangkabau dengan ciri khasnya berupa atap gonjong dan juga berpanggung. Atap rumah ini terbuat dari bahan seng bergonjong 4 (empat) dan bangunan rumahnya sendiri dari bahan kayu, dengan panggung berukuran tinggi kurang lebih 1,35 m dengan tiang berjumlah 15 buah berbentuk segi delapan. Bangunan rumah berbentuk empat persegi panjang dengan sebuah pintu dan empat buah jendela di bagian depan. Sisi–sisi yang lain merupakan dinding tertutup. Pada bagian dalam ruangan merupakan ruangan yang terbuka tanpa ada penyekat dinding atau bilik.

Rumah Tuo Koto Besar, di samping sebagai tempat tinggal juga digunakan sebagai tempat pertemuan dan musyawarah para ninik mamak dan para keturunan raja Koto Besar. Kini rumah tuo tersebut dalam tahap renovasi.

Keberadaan situs sejarah yang terdapat di Kabupaten Dharmasraya, menurut Sejarawah Sumatera Barat, Khairul Jasmi, harus terus dijaga kelestariannya. Semua pihak harus paham tentang peradaban dan kebudayaan.

“Pemahaman ini penting sebab masa lalu adalah masa dimana nenek moyang kita hidup. Sudah lah ndak kenal tidak pula hormat pada nenek moyang. Jadi menjaga warisan mereka adalah kewajiban kita bersama-sama,” kata pria yang akrab disapa KJ itu.

Kemudian kata dia, semua pihak juga harus paham sejarah. Sejarah itu sumbangan untuk masa kini, sebab manusia hidup tak pernah terpisah dari kisah-kisah masa lalu suku bangsanya. Generasi penerus lanjut KJ, juga harus mau menjaga secara komunal atau bersama-sama.

“Situs-situs itu adalah kekayaan batin dan intelektual masa lalu, untuk kita masa kini. Kita harus banga akan situs-situs masa lalu, sebab itu bagian dari kisah masa lalu untuk ilmu pengetahuan masa kini,” sebutnya.

“Lalu apa yang anda punya? Masa kini? Masa kini itu terbentuk oleh masa lalu,” sambung KJ.