Mantan Anak Band Raih Gelar Profesor di Usia Muda

Tuty Anggraini (nomor dua dari kanan) bersama profesor wanita lainnya.(ist)

 

PADANG– Waktu kuliah kutu buku, diwisuda, jadi dosen hingga mendapatkan gelar profesor. Ini adalah hal biasa dan lumrah. Akan menjadi luar biasa, jika waktu kuliah, dia anak band, menjadi dosen dan meraih gelar profesor. Di usia muda lagi predikat guru besar itu disandang. Tapi ini kenyataan, dialami mantan anak band.

Dia adalah Tuty Anggraini, resmi menyandang gelar profesor, 1 Agustus 2019 dalam usia 42 tahun kurang sebulan. Tuty, sang anak band ini, lahir September 1977. Boleh dikatakan, Tuty mendapatkan predikat guru besar itu, termuda di lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas (Fateta Unand). Jarang-jarang anak band bisa meraih gelar profesor di usia muda, tapi Tuty membuktikan.

“Semua berkat dorongan dan motivasi orangtua, suami dan para sahabat, tentunya juga dosen sesama mengajar di Fateta Unand,” kata Tuty kepada Singgalang, belum lama ini di Padang, saat jeda seminar internasional yang diadakan Fateta Unand.

Bukanlah hal mudah untuk mendapatkan gelar guru besar tersebut. Banyak kriterianya dan terukur lagi. Tapi Tuty melakoni dengan maksimal dan selalu memohon petunjuk kepada Allah SWT agar impiannya meraih gelar profesor tercapai.

Persyaratannya antara lain, banyak melakukan penelitian, melahirkan karya ilmiah dan artikel yang diterbitkan di jurnal internasional, presentasi di seminar internasional. Dan tentu saja juga pengabdian masyarakat. Tridharma perguruan tinggi harus benar-benar dilakoni dengan baik. Secara akademik, juga harus menamatkan studi S3 (Program Doktor).

Dosen Fateta Unand ini memang konsen di bidang ilmu teknologi hasil kebun. Mengajar untuk beberapa mata kuliah seperti Teknologi Pengolahan Hortikultura, Teknologi Bahan Penyegar, 

Teknolog Biji-bijian dan Umbi-umbian serta beberapa matakuliah lainnya.

Di sini, bukan hasil penelitian yang hebat dan puluhan artikel bertaraf internasional yang dihasilkan Tuty yang dibahas, tetapi figurnya yang terbilang tak lazim. Saat menjadi mahasiswa dan menuntut ilmu di jurusan Teknologi Pertanian (kini sudah menjadi Fakultas) Fakultas Pertanian Unand, Tuty bukanlah mahasiswa yang diidentik dengan mahasiswa kutu buku.

Dia adalah aktivis. Anak band. Bahkan punya grup band yang hanya Tuty sendirian yang perempuan di jurusan Fateta Unand. Sering tampil, baik di berbagai festival maupun di kampus. Meski satu-satunya perempuan, tapi kepiawaian memainkan bass tak diragukan. Tiap tampil, mayoritas penonton tertuju kepada perempuan berjilbab ini.

Jago musik di kampus ternyata sudah diasahnya saat menuntut ilmu di SMA 3 Padang. Bahkan punya grup band sendiri, namanya B-Ten dan personelnya, perempuan semua. Di B-Ten, Tuty pegang keyboard, meski bass pintar juga. Tiba di kampus hobby nge-band tetap dilakoni.

Tak heran seorang temannya Hellen Nur Qolbi di facebooknya menu­lis “Siapa bilang jadi profesor itu kudu jadi anak rumahan, kutu buku, dll? Profesor Tuty Anggraini jadi profesor termuda di Universitas Andalas. Jadi juara kelas tapi gak kehilangan masa mudanya. Masih sempat ikut sekolah musik dan untuk menyalurkan kepiawaiannya bermain alat musik, kami membentuk grup band.