Mahasiswa Prodi Sejarah Upgrisba Padang, Telusuri Jejak Sejarah Kolonial Inggeris dan Kediaman Soekarno Di Bengkulu.

PADANG,- Pengenalan Objek sejarah (POS)adalah merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa prodi pendidikan Sejarah di universitas PGRI Sumatera Barat. Pada tahun ini POS dilaksanakan di Bengkulu. Dengan tema “Menelusuri Jejak-jejak Sejarah di Bengkulu Peninggalan Kolonial Inggris dan Pengasingan Soekarno”.

Mahasiswa dan dosen prodi pendidikan Sejarah yang berangkat Sebanyak 37 orang. Dengan rincian 35 orang mahasiswa dan 3 orang dosen prodi Pendidikan Sejarah. Keberangkatan pukul 8.00 pagi dan pukul 03.00 subuh rombongan sudah sampai di Mesjid kota Bengkulu.

Pukul 08.00 pagi semua rombongan sudah siap akan berangkat menuju rumah pengasingan Soekarno. Mengapa di rumah pengasingan Soekarno? Banyak aspek historis disini diantaranya adalah Sebuah rumah kuno yang terletak di jantung Kota Bengkulu, Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Gading Cempaka, menjadi saksi bisu perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Di rumah tersebut Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno (Bung Karno) diasingkan sejak 1938 hingga 1942.
Rumah bekas kediaman Bung Karno ini merupakan bangunan cagar budaya yang dikelilingi oleh pagar dengan halaman luas. Rumah yang dibangun pada awal abad ke-20 itu memiliki luas bangunan 162 meter persegi. Dindingnya polos dan pintu masuk utama berdaun ganda, begitu pula dengan jendela. Rumah tersebut memiliki atap berbentuk limas. Bangunan utama terletak di tengah halaman, sedangkan paviliunnya ada di belakang bangunan induk. Struktur bangunan, terdiri dari teras, ruang tamu, beberapa kamar, dan teras belakang.

Terdapat pula sejumlah jendela kaca besar yang menghias seluruh sisi rumah. Di sisi kanan rumah terdapat tiga ruangan dan di sisi kiri terdapat dua kamar tidur. Pada bagian belakang rumah ada sebuah beranda, yang di sebelah kanannya terdapat bangunan lima petak, termasuk kamar mandi, sedangkan yang lainnya berfungsi sebagai gudang dan dapur. Di dalam rumah pengasingan tersimpan beberapa benda peninggalan Bung Karno, dari benda asli hingga benda tiruan yang menjadi saksi bisu sang Proklamator dalam menyusun strategi-strategi perjuangan selama ia diasingkan.

Selanjutnya mahasiswa melanjutkan perjalanan dengan Bus pariwisata ke Rumah Fatmawati. Fatmawati adalah istri Soekarno yang menjahit Bendera Pusaka selama masa pengasingan di Bengkulu. Fatmawati adalah istri ke tiga Soekarno yang berasal dari kota Bengkulu. Rumah Fatmawati ini dirancang dengan bentuk rumah panggung yang artistic. rumah Fatmawati Soekarno merupakan bangunan berusia 100 tahun yang sudah ada sejak 1920, dan tampak masih sangat kokoh.

Ketika memasuki ruang tamu terlihat foto Fatmawati yang cantik usia muda dan masih terawatt dengan baik. Tidak hanya rumah tapi juga terpampang mesin jahit milik Fatmawati yang merupakan mesin yang digunakan untuk menjahit bendera merah putih yang berkibar tanggal 17 Agustus 1945. Di dekat mesin jahit kuno terdapat koleksi foto Soekarno yang kharismatik.

Situs bersejarah lain adalah berbagai foto diorama yang tersusun yang masih sangat rapi. Berdekatan dengan foto Fatmawati Soekarno terdapat kursi ruang tamu dengan sentuhan kayu bernuansa klasik. Ruang tamu ini dirancang dengan konsep coklat dominan yang sangat cantik dan menghangatkan dari berbagai sudut. Saat memasuki rumah ini, kita akan disambut oleh sebuah lorong beralaskan dinding kayu bertekstur mengkilap. Tampak jelas, jika rumah ini sudah dirancang supaya para tamu dan penghuninya merasa betah untuk mendiami rumah. Layaknya desain kamar klasik pada umumnya, kita akan dimanjakan oleh meja rias unik serta ranjang besi yang kokoh dengan kelambu.

Suasana klasik ini tampak menghasilkan suasana menghangatkan, sehingga kita akan semakin betah berada di dalamnya.
Selanjutnya rombongan menuju makam orang Inggris yang terletak di jalan Veteran kelurahan Jitra Kota Bengkulu. Sejak tahun 1714 makam ini dibuat untuk menggantikan kuburan bangsa Inggri yang berada dekat benteng. Memiliki struktur ala bangsa Eropa kuno. Jumlah makam di komplek makam Inggris memiliki 1000 makam. Namun saat ini hanya sekitar 53 makam yang masih bersisa, hal ini disebabkan pengalihan lahan untuk pembangunan di sekitar lokasi makam.
Kunjungan rombongan terakhir ke museum kota Bengkulu yaitu Museum Negeri Kota Bengkulu. Museum ini terletak di kawasan Singaran Pati yang memiliki gedung klasik tradisional. 6 km dari benteng Marlborough. Museum ini berdiri tahun 1978 berisi ragam koleksi benda bersejarah yang ditemukan di Bengkulu. Luas museum ini 9.975 m. koleksi yang ditemukan mencakup arkeologi, keramologika, etnografika, filologika serta heraldika yang jumlahnya adalah sebanyak 3.666 koleksi. Semua peserta rombongan antusias dalam melihat langsung semua koleksi yang ada di museum negeri Bengkulu.

 

Sebelum rombongan kembali ke kota Padang tidak lupa mampir di bentung Marlborough. Di benteng ini pemandangan sangat mempesona apalagi benteng ini dibangun sejak 1714 sedangkan nama Marlborough diambil dari nama seorang jendral Inggris yang terkenal yaitu John Churchill Duke of Marlborough yang ada sejak abad ke 17. Pada pertengah abad ke 18 benteng Marlborough dilakukan perluasan untuk menambahkan gudang senjata dan pemukiman. Berdirinya benteng ini tidak terlepas dari berkembangnya EIC atau kongsi dagang milik Inggris di Bengkulu. Setelah kalah dari VOC di Banten, maka Bengkulu menjadi pusat aktivitas EIC di Asia Tenggara. Sehingga Benteng menjadi peranan penting bagi Inggris di Bengkulu. Setelah mendengarkan penuturan tour guide nya dan berkeliling ke semua lokasi Benteng rombongan pun melanjutkan perjalanan menuju Padang. Semoga tahun depan kita bertemu lagi dengan mata kuliah POS di tempat yang bernilai historis tinggi. Ayo bergabung calon mahasiswa baru yang akan mengambil prodi pendidikan Sejarah ke Universitas PGRI Sumatera Barat saja, kampus yang selalu Mencerahkan dan Menginspirasi anak bangsa dengan Akreditasi Unggul di lingkungan LLDIKTI wilayah X. Bergabung bersama UPGRISBA (Zulfa)