Lomba Layang-Layang Semarakkan Festival 5 Danau

Festival layang-layang dalam rangka perayaan HUT Kabupaten Solok ke 106. Ist

AROSUKA – Wajah riang membias rindu. Kesannya, masyarakat teragak benar berada dalam atmosfir masa lalu, masa dimana hari-hari selepas panen dimanfaatkan untuk bermain dan bersuka-ria. Tempo dimana warga melakukan interaksi melalui permainan layang-layang.

Layang-layang, permainan rakyat yang tumbuh di nagari-nagari di Kabupaten Solok itu, pada tempo-tempo tertentu juga dilombakan.

Aktivitas hiburan akhirnnya melahirkan sebuah budaya sosial yang mampu memperkuat kebersamaan antar anak nagari.

“Wahana interaksi penuh hiburan inilah yang ingin kita tonjolkan sebagai bagian dari tujuan pariwisata berbasis budaya di Kabupaten Solok,” kata kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan setempat, Yandra SE, M. Si, disela kegiatan lomba, Minggu (31/3).

Konkritnya, untuk menyemarakkan perayaan ulang tahun Kabupaten Solok ke 106 tahun, pihaknya kemudian melaksanakan lomba layang-layang di nagari Selayo. Lomba layang-layang, oleh orang Solok lebih fasih disebut dengan istilah Balandik”, masih banyak penggemarnya. Partisipasi pecinta layang-layang, bertemu ruas dengan penggemar acara balandik yang ramai menonton dilapangan bola Sawah Sudut, Salayo.

Yandra mengaku takjub dan puas dengan kegiatan budaya yang dilakukan. Keramaian yang tercipta, sama pentingnya dengan animo anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Carano Selayo sebagai penyelenggara. ” Layang-layang merupakan permainan anak nagari. Sebagai hasil kebudayaan, main layang-layang perlu kita rawat agar tetap tumbuh di masyarakat,” timpal ketua Pokdawis Carano Gusti Kusuma Wardani.

Tokoh bundo kanduang nagari Selayo itu sangat respect dan partisipatif terhadap kegiatan bidang kebudayaan, karena komitmen Pemkab. Solok dalam memajukan sektor kepariwisataan cukup tinggi. “Kita ingin menjadikan setiap bentuk permainan anak nagari menjadi magnit pengembangan kepariwisataan bernuasa budaya,” ujar Gusti.

Ketua Pokdarwis Carano itu bukan sekedar bercerita. Bersama penggiat usaha kerajinan UMKM, Pokdarwis Carano Nagari Salayo serta merta menggelar bazar hasil kerajinan ketika pembukaan lomba layang-layang oleh Bupati Solok. ” Bazar ini merupakan bukti eksistensi Pokdariws Carano dalam pengembangan sektor pariwisata di Kampung Budaya Salayo,” sebut dia.

Bupati Solok H. Gusmal memberi apresiasi tinggi. Pemerintah nagari Selayo bersama Pokdarwis Carano di Padang sangat respon terhadap program-program bidang kepariwisataan. Apalagi ketika nagari yang di dalam mamang adat disebut sebagai “bapak” bagi nagari-nagari di Kubuang Tigo Baleh itu telah di tetapkan sebagai salah satu Kampung Budaya di Kabupaten Solok, maka semua elemen hendaknya ikut memelihara dan melestarikan semua hasil kebudayaan nagari.

Termasuk lomba layang-Layang, Gusmal mendorong agar permainan anak nagari yang berniai positif ini terus dirawat sebagai hasil kebudayaan dan menjadi salah satu potensi wisata budaya.” Kita mengapresiasi kegiatan HUT Kabupaten Solok ke 106 yang diselenggarakan masyarakat Salayo. Partisipasi yang tinggi dari masyarakat merupakan modal bagi pemerintah untuk kemajuan pembangunan,” kata Gusmal.

Mengiringi pembukaan lomba layang-layang, dilapangan terbuka, Bupati Gusmal didaulat masyarakat nagari Salayo memotong kue ulang tahun sebagai simbol merayakan Hari Jadi Kabupaten Solok ke 106 tahun. (216)