Lubang-lubang Menusuk Perut Manggani

Muhammad Bayu Vesky
PUA DATA-Inilah Manggani, di perutnya emas berurat sampai ke Bonjol. Juga ke Solok. Di pinggang bukit-bukitnya, pria-pria berdada bidang masuk ke dalam lobang, berkawan maut.
Mereka adalah pekerja yang mencari emas. Turun temurun. Bahkan ada juga yang dari Jawa. Emas Manggani sudah digali amat lama. Belanda kenyang dibuatnya. Bahkan, dulu ada rel kereta api dari Payakumbuh menuju Manggani, kota di tengah hutan kala itu.
Kini rakyat mencoba sekuatnya, menambang bawah tanah secara diam diam. Ini memang salah, tapi mereka amengadu untung di paru paru dunia. Pada 2012, beberapa penambang pernah tewas di sini. Setelah itu, praktik menambang nyaris tidak terdengar lagi.
Singgalang, pernah mengikuti perjalanan perjuangan perubahan status Hutan Suaka Alam Wisata (HSAW) Manggani yang terbentang dalam hamparan Bukit Alahan Panjang, ke Kementrian Kehutanan pada 2012-2013 silam.
Kala itu, DPRD Limapuluh Kota membuat Panitia Khusus soal Manggani. Kementrian Kehutanan menegaskan, HSAW susah diturunkan statusnya. Entah kalau Pemkab benar benar serius.
Namun, semangat dari legislatif ini mati tikus di dalam liang saja. Kemarin, kawasan Manggani yang terletak di Pua Data, Koto Tinggi, Gunuang Omeh, Limapuluh Kota, kembali ramai dibahas, menyusul dengan adanya kabar sekelompok orang china tiba di sana.
Kabar ini, awal mula heboh begitu akun facebook Wirda Ningsih memposting status soal ada kelompok orang china tidak bisa berbahasa Indonesia masuk ke Manggani. Postingan ini, ditautkan pada 22 November silam.
Screen shootnya, beredar di grup grup WA. Lalu heboh di sosial media. Hingga akhirnya, Selasa (27/11), Wakil Bupati Limapuluh Kota Ferizal Ridwan bersama dengan tim Pengawasan Orang Asing (Pora) terdiri dari Imigrasi, Kepolisian, TNI dan Kesbangpol, bergerak ke Pua Data. Panjang jalan nan ditempuh. Rimba belantara. Jalan setapak ke dalam.
“Kami menemukan fakta, jika benar ada orang asing masuk ke Manggani. Tapi tidak menambanh, diduga mereka survai. Ini yang kita telusuri,” kata Wabup Ferizal Ridwan.
Hasil penelusurannya itu, sekelompok orang yang diduga berasal dari China tersebut, sudah tidak ada di lokasi tambang. “Tidak ada, diduga mereka sudah pergi sejak beberapa hari lalu, sejak tanggal 14 November,” sambung Wabup didampingi tim Imigrasi.
Kapolres 50 Kota AKBP Haris Hadis menyebut, saat tim gabungan terdiri dari Kesbabgpol, Polres 50 Kota, TNI 03/06 50 Kota, Kejari, Tim Intelrem 032/WBR, Dinas Sosial, Binwasnaker Dinas Tenaga Kerja Sumbar, Imigrasi kelas II A Bukittinggi dan wartawan media cetak dan elektronik, turun ditemukan beberapa fakta.
“Menurut Wali Jorong Pua Data, Iswandi mengatakan bahwa yang bersangkutan tidak pernah mengizinkan orang asing untuk masuk lokasi mangani maupun melarang, dan yang bersangkutan mengatakan tidak mungkin melakukan penambangan apalagi mengurus perizinan karena Manggani merupakan lokasi Hutan Lindung / HSAW,” kata Kapolres.
Ketua Pemuda Jorong Pua Data, Samsul Bahri alias Haji Indung mengatakan, bahwa masyarakat sangat mengharapkan adanya investor yang mengurus perizinan tambang di Pua Data agar masyarakat juga dapat bekerja disana. “Ini harapan sudah sangat lama,” jelas Haji Indung.
Dari keterangan wali jorong dan ketua pemuda bahwasanya orang asing asal China yang berada di Manggani telah tidak ada lagi berada dilokasi sejak tanggal 14 November yang lalu. “Mereka hanya melakukan survei setahu kami,” kata Samsul Bahri.
Terlepas dari kondisi itu, emas adalah sejarah amat panjang, dari rimba raya tak bertepi sampai ke brankas kuat kokoh di bawah tanah bank central Amerika.
Emas Sumatera sekarang hadir di toko-toko emas. Ini diambil dari Batang Hari, dari bekas-bekas tambang Belanda. Satu di antaranya Manggani.
Biasanya, para penambang yang mengadu untung di paru paru dunia, berhari hari pergi membawa bekal. Masuk ke lobang minin oksigen. Kembali ke kampung membawa bebatuan dengan karung.
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, saat diberitahu Bupati Limapuluh Kota, Irfendi Arbi, terkait potensi emas di Manggani saat meresmikan Sumur Bor Pondok Pesantren Al Makmur Tungkar beberapa waktu lalu, belum terlalu panjang menjawab dan mengetahui soal status hutan suaka alamnya.
Namun begitu, Arcandra menyarankan, agar kandungan emas Manggani ini perlu dicek dulu. “Tidak semua yang kuning emas, pak. Tidak semua emas yang kuning, apa kandungannya di sana. Tentu dicek dulu,” kata Wamen ESDM, tempo hari.
Namun, sejauh ini tidak ada kegiatan apa apa yang dilakukan pemerintah di sana. Persoalan tambang emas Manggani, bukan hanya soal kandungan emas, mangan dan timah hitam.
Tapi soal kebangkitan rakyat, yang ingin menambang di alamnya, namun tersandung status hutan suaka alam wisata. Perlu langkah bijak Pemerintah dan seluruh komponen, dalam menuntaskan persoalan ini se-komprehensif mungkin. (*)