Lima Tahun Sutan Riska Menakodai Dharmasraya, Bumi Ranah Cati Nan Tigo Makin Bersinar

PULAU PUNJUNG – Mendengar sebutan Dharmasraya, jelas tidak asing lagi ditelinga. Kabupaten Dharmasraya adalah kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung yang diresmikan tanggal 7 Januari 2004 oleh Presiden RI secara simbolik di Istana Negara.

Aktifitas Pemerintahan Dharmasraya bermula sejak dilantiknya Penjabat (Pj) Bupati Dharmasraya pada tanggal 10 Januari 2004. Kemudian pada tanggal 12 Agustus 2005 Kabupaten Dharmasraya memiliki Bupati dan Wakil Bupati definitif hasil pilkada langsung tahun 2005.

Islamic Center

Kini, kabupaten yang akrab diapa Bumi Ranah Cati Nan Tigo ini sudah berusia 17 Tahun. Wilayah yang dahulunya dikenal sebagai bagian dari Kerajaan Melayu itu menjelma menjadi daerah yang terus berkembang. Melalui pembangunan, Kabupaten Dharmasraya semakin bersinar.

Memiliki kawasan perkebunan dan pertanian yang cukup luas serta terletak di jalur lintas sumatera. Peran Kabupaten Dharmasraya sangat strategis dalam perkembangan pembangunan, ditambah lagi posisinya diapit oleh beberapa kabupaten yakni, Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau, Kabupaten Bungo Provinsi Jambi, Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Sijunjung Provinsi Sumatera Barat.

Oleh sebab itu, selain untuk melayani mobilitas masyarakat dan memperlancar geliat ekonomi, termasuk distribusi sektor pertanian dan perkebunan, infrastruktur menjadi salah satu fokus utama Pemerintah Kabupaten Dharmasraya.

Tidak bisa dipungkiri, sejak Dharmasraya dinakodai oleh anak muda bertubuh tegap, berwajah tampan, inovatif serta kreatif. Bumi Ranah Cati Nan Tigo menjelma menjadi daerah yang semakin bersinar. Dia adalah Sutan Riska Tuanku Kerajaan, keturunan Kerajaan Koto Besar.

Lima tahun memimpin Dharmasraya, Rajo Koto Besar ini berhasil mewujudkan seabrek pembangunan infrastruktur seperti, Jembatan Cable Stayed Sungai Dareh yang menelan biaya APBN lebih kurang Rp 78 miliar, Jembatan Pulai sebagai penghubung pusat ibu kota Dharmasraya dengan Kecamatan Timpeh, Padang Laweh dan beberapa nagari diwilayah setempat, memakan biaya lebih kurang Rp60 miliar. Kemudian pembangunan Majid Agung ( Islamic Center) Dharmasraya, diperkirakan menelan biaya Rp200 miliar, pembangunan jalan dua jalur di pusat ibu kota Pulau Punjung, pembangunan jalan dua jalur di Kecamatan Koto Baru, Kecamatan Sungai Rumbai serta pembangunan jalan rigit beton dan aspal hotmix sudah menyentuh seluruh wilayah Bumi Ranah Cati Nan Tigo.

Seabrek pembangunan kebutuhan dasar masyarakat tersebut didanai melalui APBD, APBN dan DAK yang nilainya mencapai lebih kurang Rp 2 triliun.

Selain catatan di atas, Politisi PDI Perjuangan ini pun berencana membangun akses jalan ke pintu tol trans Sumatera. Jalur ini akan jadi koridor tol kedua di Sumatra Barat (Sumbar) selain jalur Padang-Pekanbaru yang sudah resmi masuk rencana pemerintah.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ( PUPR) Dharmasraya, Ir.Junaidi Yunus mengatakan, pihaknya telah melakukan beberapakali pertemuan dan koordinasi dengan pemerintah Provinsi Riau sehubungan dengan program pembangunan akses menuju pintu tol antara Dharmasraya dan Rengat Indra Giri Hulu Riau.

” Bupati Sutan Riska Tuanku Kerajaan juga intens berkoordinasi dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan agar program ini cepat terwujud,” terangnya.