JAKARTA-Sekitar ratusan Paragonian dari Factory Jatake, dan alumni Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) menanam 10.000 bibit mangrove di kampung nelayan, Desa Marga Mulya Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Minggu (17/9).
Penanaman mangrove tersebut diharapankan mampu menjaga dan melestarikan alam serta memberi manfaat bagi masyarakat sekitar kawasan.
Site Director Paragon Corp Sony Hidajat mengatakan, kegiatan ini merupakan salah satu pilar, yaitu pilar lingkungan, dari 4 pilar gerakan. Tiga pilar lainnya adalah pemberdayaan perempuan, pendidikan, dan kesehatan.
Sony berharap dari kegiatan ini dampak positifnya dapat menjaga infrastruktur pesisir dari abrasi, menciptakan lingkungan yang lebih sejuk, dan memperbaiki faktor bioindikator.
Hadir pada kesempatan itu Sekretaris Bappeda Kabupaten Tangerang, Moch. Maesyal Rasyid, Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang, Hari Mahardika. Para wartawan media Alumni FJP GWPP dan 120 Paragonian dari Factory Tangerang.
“Semoga apa yang dilakukan oleh Paragon ini dapat menginspirasi perusahaan lain untuk peduli terhadap lingkungan dan bergerak bersama,” harap Sekretaris Bappeda Kabupaten Tangerang, Moch. Maesyal Rasyid.
Kegiatan edukasi dan penanaman 10.000 bibit mangrove ini merupakan bagian dari program Paragonian Bergerak, dimana Paragon mendorong karyawan untuk terjun langsung menebar manfaat sesuai dengan tujuan besar Paragon.
Kegiatan edukasi dan penanaman 10.000 mangrove ini dipilih karena Tim Paragonian Factory, melihat adanya permasalahan abrasi di pesisir wilayah Mauk Tangerang khususnya di Desa Marga Mulya.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang, Hari Mahardika menjelaskan bahwa penanaman mangrove di wilayah Mauk ini sudah dimulai sejak 2015 dan ada 17 jenis mangrove yang ditanam. Dengan adanya konsistensi penanaman mangrove ini, perubahan baik terhadap lingkungan sudah mulai terasa, antara lain infrastruktur pesisir terjaga dari abrasi, lingkungan menjadi lebih sejuk, dan faktor bioindikator yang membaik.
“Bahkan terdekat biota laut langka, bersama Mimi (kepiting tapal kuda/ Tachypleus gigas), yang sudah ada sejak 400an tahun lalu mulai muncul di kawasan pesisir ini sejak 3 tahun terakhir. Dari mangrove yang sudah dewasa pun dapat dimanfaatkan sebagai komoditas masyarakat, seperti batang kayu dan buahnya,” jelasnya.
Sementara, selain penanaman bibit, juga dilakukan perawatan bibit-bibit yang ditanam untuk setahun ke depan. 107