Layanan Cuci Darah Pakai JKN KIS, Pasien Ginjal Merasa Sangat Beruntung

Nur Widayati, memperagakan kartu JKN KIS suaminya, penderita gagal ginjal. Ist

PADANG-Terdiagnosa dengan penyakit berat sejak 1999 lalu,
Nasorianto (55) rutin melakukan pengobatan medis. Saat
berobat dia menggunakan Kartu Jaminan Kesehatan Indonesia
(JKN) Kartu Indonesia Sehat (KIS), kartu hebat dari
pemerintah.

“Kami dari Jambi pindah ke Padang lima tahun yang lalu, bapak
kurang bisa mengontrol diabetesnya lalu pada tahun 2017 mulai
ada keluhan-keluhan kemudian diperiksa ke dokter sudah
didiagnosis sakit ginjal,” ujar Nur Widayati (44), istri dari
Nasorianto, kepada wartawan beberapa waktu lalu.

Atas kondisi suaminya tersebut, seorang dokter menyarankan
agar Nasorianto segera cuci darah. Saran tersebut ketika itu
tak langsung diterima keluarganya, karena masih awam dengan
yang namanya cuci darah.

“Saat itu suami saya masih takut-takut untuk cuci darah. Cuci
darah seolah begitu mengerikan,” kenang Nur.

Seiring berjalan waktu, rasa takut itu pudar setelah mendapat
penjelasan tentang cuci darah. Ketika itu suaminya menghadiri
kegiatan Sambung Rasa Peserta JKN-KIS Pengguna Layanan Cuci
Darah di RS BMC Padang. Dari sana dia tahu tentang cara cuci
darah dan tidak semengerikan yang pernah dia bayangkan.

Nur Widayati bercerita bahwa ia dan suaminya sempat mengakses
beberapa rumah sakit mitra BPJS Kesehatan lain dan berharap
akan ada diagnosis serta terapi lain bagi suaminya selain
cuci darah.

“Baru setelah kami berobat di BMC bapak mau melakukan cuci
darah, (dari) sekitar bulan Mei 2018 sampai sekarang, (cuci
darahnya) seminggu dua kali,” tambahnya.

Seluruh biaya tindakan cuci darah Nasorianto, kata Nur
Widayati, sepenuhnya ditanggung oleh Program JKN-KIS yang
dikelola oleh BPJS Kesehatan. Ia dan suaminya yang berprofesi
sebagai hakim itu tidak pernah dikenakan biaya tambahan sama
sekali oleh RS BMC Padang.

“Kami dari awal cuci darah selalu dimudahkan, rutin Rabu dan
Sabtu tidak pernah ada masalah. Pelayanannya di RS BMC Padang
ini baik semua. Terakomodir semua kebutuhan penyakit bapak,”
ujarnya.

Nur Widayati berterima kasih kepada peserta JKN-KIS
lain yang disiplin membayar iuran meskipun tidak sakit. Ia
pun juga berpesan kepada peserta JKN-KIS yang masih sehat
untuk tidak merasa rugi jika tidak memanfaatkan pelayanan
kesehatan.

“Padahal kan maksud program ini (JKN-KIS) gotong royong itu yang sehat bisa membantu yang sakit begini kan,” pesannya.

Sampai saat ini Nur tak bisa membayangkan jika cuci darah suaminya tidak ditanggung Program JKN-KIS. Padahal setiap cuci darah jika tidak dijamin Program JKN-KIS, setidaknya seorang pasien harus mengeluarkan kocek senilai Rp. 1juta per sekali cuci darah, itu artinya sebulan minimal Rp. 8juta.