Kreasi Kirigami Tingkatkan Motorik Penyandang Autisme

Dosen STIKES YPAK Padang foto bersama di SLB Autisme YPPA Padang. (ist)

PADANG-Kreasi Kirigami, diyakini bisa menjadi suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak penyandang autisme. Hal inilah yang dilakukan dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan YPAK (Yayasan Pendidikan Amanah Kesehatan ) Padang, dalam program pengabdian masyarakat di Sekolah Luar Biasa (SLB) Autisme Yayasan pengembangan Potensi Anak (YPPA) Padang.

Kegiatan melalui media kreasi Kirigami ini dilaksanakan pada April s/d Juli 2019, dengan dana hibah Ristekdikti Tahun Anggaran 2019 dengan skim PKMS (Program kemitraan Masyarakat Stimulus).

“Penanganan kepada anak autisme membutuhkan strategi yang berbeda, dengan anak normal pada umumnya,” kata Ketua Pelaksana, Ns. Reska Handayani, kepada Singgalang, Rabu (11/9).

Ia mengatakan, salah satu ciri anak autisme adanya kesulitan dalam mengkoordinasikan antara ektremitas atas (tangan dan mata dan adanya kesulitan dalam pergerakan dan kelemahan pada otot- otot kecil). Melalui media kreasi Kirigami, dapat melatih anak meningkatkan konsentrasi, melatih ketelitian, membangun jiwa seni dan ketrampilan anak, serta dapat meningkatkan motorik halus anak melalui pergerakan otot–otot Jari tangan anak.

“Hal yang diajarkan kepada anak dalam proses pembelajaran kreasi Kirigami ini adalah dengan melihat kemampuan anak dalam menggunting garis lurus, menggunting pola yang sudah dibentuk, mengajarkan dalam membuat gambar bintang dan pohon serta mengajarkan anak dalam proses membuat rumah dan bunga,” ujarnya.

Pembelajaran Kirigami juga mengajarkan cara melipat kertas dengan benar, serta melihat bagaimana penekanan anak dengan menggunakan jari tangannya. Pelaksanaan pengabdian masyarakat ini sasarannya 15 anak yang memiliki kriteria dan karakteristik yang berbeda-beda.

Sementara Ns Chichi Hafifa Transyah, anggota tim bersama dengan empat mahasiwa keperawatan, Dila Febriyanti, Faradila Nurul Inayah, Tiwi Rama Sagita, dan Lola Vianda mengatakan, dalam pelaksanaan pembelajaran kirigami ini sangat perlu diperhatikan sebelum proses pembelajaran adalah kontak mata anak dan usaha supaya anak dapat berkonsentrasi dalam proses pembelajaran.

Terapi kreasi Kirigami diberikan kepada anak sebanyak 7 (tujuh) kali pertemuan untuk masing–masing anak dan satu kali dilakukan evaluasi. Sebelumnya dilakukan terlebih dahulu pre test, untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak.

Sedangkan guru SLB Autisme YPPA, Siti Nurrahmah, mengatakan bahwasanya kreasi kirigami ini merupakan ketrampilan lanjutan. Setiap anak juga memiliki ketrampilan yang berbeda- beda, serta tidak dapat dipaksakan dalam pelaksanaan terapi.

Pelaksanaan Pengbdian masyarakat dirujuk berdasarkan hasil–hasil penelitian keperawatan dan menggunakan standar operasional prosedur, dalam pengukuran motorik halus anak dari jurnal ilmu keperawatan. Selama pelaksanaan kegiatan, para guru SLB Autisme YPPA Padang sangat membantu sekali dan memberi fasilitas. Mereka meluangkan waktunya selama proses pembelajaran kreasi Kirigami dan memberikan informasi sejauh mana ketrampilan yang dimiliki oleh anak.

Kedepannya diharapkan hasil kegiatan pengabdian masyarakat dapat menjadi acuan dan referensi bagi pihak sekolah, dalam pengembangan kurikulum. Khususnya untuk meningkatkan ketrampilan bagi siswa autisme.
Setiap mereka memiliki kemampuan dan potensi yang dapat dikembangkan dengan moto SLB Autisme YPPA ‘Kami tidak butuh dikasihani, tapi kami butuh diberi kesempatan, karena kami juga mampu untuk berprestasi’. (106)