Korban Begal Itu tak Punya Biaya untuk Kembali Pulang

PADANG-Sudah jatuh, tertimpa tangga. Inilah realita hidup yang dijalani pasangan suami istri Arma Zakri (51) dan Eli Afrida (47).

Anak mereka Rehan Kurnia, (17) dibegal segerombolan orang di kawasan By Pass TaratakPaneh Padang, pada Minggu dini hari (7/2). Beruntung Tuhan memberi umur panjang setelah samurai tertancap di pinggang dan sejumlah tusukkan bersarang di tubuh tipisnya. Tiga jarinya putus dan pundak kirinya nyaris putus.

Hari itu juga anak laki-laki jolong gadang tersebut langsung dilarikan masyarakat setempat ke RSUP M. Djamil Padang. Dia pun mendapat perawatan intensif, hingga kondisinya membaik. Tak sampai di situ ketika satu masalah selesai, muncul masalah lain. Biaya pengobatan dan perawatannya selama belasan hari di M. Djamil Padang mencapai puluhan juta rupiah.

Senin, (22/2) dia sudah diperbolehkan pulang oleh pihak M. Djamil. Namun Arma Zakri, sebagai kepala rumah tangga tak punya biaya untuk membayar seluruh biaya yang tertera di kuitansi tagihan.

“Kami orang tak berpunya dengan apa akan dibayar hutang sebanyak itu. Anak kami memang sudah semakin pulih, tapi biaya besar jadi penghalang kami untuk membawa Rehan pulang,” kata Eli Afrida, yang mengadu ke Singgalang, Senin (22/2).

Eli, termenung. Terbayang olehnya segerombol orang bersamurai menyerang anak bujangnya Minggu dini hari pada pukul 03.00 WIB. Saat itu Rehan dari rumahnya Simpang Tigo Rambutan hendak membeli nasi goreng ke Raja Minas By Pass. Sebab nasi habis di rumah mereka yang sedang menggelar pesta pernikahan.

Lalu Rehan bersama kawannya berboncengan menuju Raja Minas. Dipacunya sepeda motor dengan cukup kencang, sebab malam itu jalanan sepi. Di tengah perjalanan dari jauh terlihat orang ramai menghadang memegang samurai. Kawannya yang dibonceng sontak menghambur dari motor. Rehan tak bisa berhenti, karena sepeda motor yang dia bawa remnya bukan cakram, hingga dia sampai ke rombongan orang bersamurai itu.

Di sana dia langsung disambut samurai. Samurai tajam tertancap di pinggangnya. Dia kesakitan. Meski demikian Rehan bertahan. Disaat seperti itu gerombolan begal itu menyuruhnya turun dari motor. Mereka meminta Rehan melawan satu diantara mereka. Lawanya kalah. Kemudian Rehan berusaha menyelamatkan diri. Sayang dimasuk ke dalam lubang hingga gerombolan begal itu berhasil mendekatinya. Mereka menyerang dengan samurai. Rehan menangkis serangan itu hingga tiga jarinya putus. Dalam kondisi terjepit datang pertolongan dari pemuda sekitar By Pass yang dipanggil kawannya yang meloncat dari motor. Mereka melempari gerombolan begal itu dengan batu kemudia begal tersebut lari dan meninggalkan Rehan dengan kondisi bersimbah darah.

Pemuda By Pass melarikan Rehan yang terlihat pucat kehilangan darah ke RSUP M. Djamil Padang. Setelah menjalani SOP di M. Djamil, Minggu sore barulah dia dioperasi menyatukan lengannya yang nyaris putus karena samurai.

“Sekarang kondisi Rehan terus membaik tapi entah dari mana uang pengobatannya bisa kami dapatkan. Jumlahnya sudah lebih dari Rp51 juta. Sedangkan kami tidak punya apa-apa. Kemana kami harus mengadu agar hutang bisa dilunasi?” tanyanya.

Disebutkannya, Rehan tercatat sebagai peserta aktif BPJS Kesehatan. Namun kartu hebat dari pemerintah itu hanya melayani indikasi medis. Hingga statusnya tercacat sebagai pasien umum selama dirawat.

Eli berharap, ada dermawan yang mau membantu mereka hingga hutangnya bisa dilunasi. Namun dia juga risau akan kondisi pandemi Covid-19, sebab banyak masyarakat terimbas karena wabah virus menular itu. Kepada Tuhan saja dia mengadu, agar ada seorang hamba tergerak hatinya untuk membantu keluargnya yang dirundung duka. Sudah jatuh tertimpa tangga pula.

Peristiwa yang dialami Rehan saat kejadian langsung dilaporkan ke Polsek Kuranji Padang. Sejak saat itu belum ada kabar tentang perkembangan kasusnya.

“Kata polisi ketika itu Rehan harus lapor ulang kalau kondisinya sudah sehat. Jadi kami harus menunggu Rehan sehat dulu,” katanya. 107