KISAH WARTAWAN 16 HARI DIKARANTINA; Sesal Kemudian tak Berguna

Eka Guspriadi saat melakukan swab. (ist)

PADANG PARIAMAN – Selama dikarantina, ia berjuang terus agar sembuh dari Covid-19. Lalu 16 hari kemudian, ia pulang, dalam degup jantung yang aneh. Setiba di rumah, ia dan anaknya yang juga telah sembuh, disambut dengan haru oleh istri tercinta.

Ia adalah ayah yang menyebabkan puteri cantiknya juga positif. Syukur si kecil hanya dikarantina enam hari saja. Jika saja, tapi alhamdulillah tidak. Ia kuatkan diri, ia berolahraga, berpikiran positif, berjemur dan melakukan aktivitas baik lainnya.

Selama karantina, ia seperti dikunci dalam dunia yang aneh. Wartawan televisi ini, seolah-olah dipotong sayapnya. Tak bisa kemana-mana. Ini ulah kau juga kawan. Makanya, jangan lasak benar kalau meliput. Abai protokol kesehatan.

Begitulah Eka Guspriadi dalam menjalankan profesinya sebagai wartawan tv juga kurang mempedulikan apa yang menjadi kewajiban dalam masa pandemi Covid-19.

Setelah dinyatakan positif Covid-19, Rabu (9/9), usai melakukan tes swab, baru ingatannya menerawang kian kemari. Ingat semua perilaku yang selama ini kurang mempedulikan kewajiban memakai masker, dan lain sebagainya saat berada di luar rumah atau sedang melakukan kegiatan yang memang banyak saling kontak dengan banyak orang.

“Sebelum dinyatakan positif, tanda-tanda sudah ada. Seperti demam, mual, pusing, dan terakhir penciuman hilang,” cerita Eka, wartawan yang aktif melakukan berbagai liputan kontrol sosial di tengah masyarakat Padang Pariaman dan Kota Pariaman ini.

Dengan hilangnya penciuman ini, Eka sudah yakin saja kalau dia positif covid. “Di rumah, saya sudah melakukan isolasi. Kontak dengan istri dan anak-anak sudah mulai dibatasi,” kata dia.

“Dalam hal ini, untungnya saya tidak memiliki riwayat penyakit yang berbahaya, seperti diabetes, asma, jantung dan penyakit lainnya. Sehingga saat mau diisolasi, saya tidak perlu di rawat di rumah sakit, hanya perlu di karantina di salah satu hotel di Lubuk Alung,” katanya lagi.

Saat dikarantina, Eka sempat juga was-was. Hari pertama dikarantina, dia sempat berpikiran lain, karena tenggorokannya kering. “Untuk menghilangkan pikiran yang macam-macam itu, saya melakukan olahraga sendiri dan menghindari membaca berita yang berkaitan dengan covid-19,” ungkapnya.

“Kebetulan pada saat itu, ada salah seorang anggota DPRD Padang Pariaman meninggal dunia karena covid. Untuk memberi semangat, saya juga mencari informasi tentang orang-orang yang berhasil sembuh dari virus corona ini,” ulas dia lagi.

Salah satu referensi Eka Guspriadi, adalah Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni, orang yang tergolong tua bisa sembuh hanya dalam beberapa hari setelah positif covid. Dan tak kalah pentingnya, dukungan moril dari keluarga dan teman-teman semuanya.

Eka Guspriadi sempat down, setelah tes swab yang kedua kalinya masih saja hasilnya positif, dan dua putranya juga ikut positif. “Tapi saya bisa bangkit lagi, setelah berpikir panjang. Kalau saya pulang, bagaimana dengan dua anak saya yang berada di lokasi karantina. Anak ini masih kecil, dalam usia sekolah dasar,” pikir Eka.