Padang  

Kisah Qari Sumbar Tetap Ngaji saat Gempa M5.3

PADANG – Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Nasional ke-28 berlangsung menegangkan. Penyebabnya adalah gempa bumi 5.3 SR.

Tepat pukul 11.25 suara MC menggema di langit halaman Masjid Raya Sumatera Barat, tempat MTQ cabang Qiraat Sab’ah Mujawwad dilangsungkan. Terdengar jelas panggilan peserta tuan rumah dengan nomor QS 506, ia harus membacakan Surat Al Anbiyaa Ayat 1.

Adalah Abdullah Fikry, ia sigap masuk ruang mimbar. Dengan mantap sambil memandang ke arah mushaf Alquran, taawuz pun dilafalkan. Sejenak hadirin khusyuk menyimak. Untaian ayat suci mengayun indah di angkasa, penonton terbawa suasana. Yang hafal tampak mengikuti bacaan dengan gaya imam nafi. Yang tidak hafal hanya bisa terdiam sambil merekam suasana untuk dibagikan ke media sosial agar masyarakat umum tahu ada peserta kebanggaan Sumatera Barat tampil.

Gempa berkekuatan 5,3 skala richter pada pukul 11.41 mengguncang kota Padang selama beberapa detik. Kehidmatan masyarakat minang hancur seketika. Penonton yang tadi ikut larut membaca Surat Al-Anbiyaa terpecah. Ada yang lari tunggang langgang, ada juga yang tetap di tempat duduk dengan berkelakar kalau qarinya lari baru mereka lari.

“Udah kita di sini aja, orang lagi dengerin baca Quran, syahid juga kalau meninggal,” celetuk salah satu penonton.

Di dalam mimbar utama berukuran 3×5 m, Abdullah Fikri terlihat sekali kebingungan. Getaran gempa telah membuyarkan konsentrasi pria yang sehari-hari sebagai wiraswasta. Ia mengaku bimbang saat melihat penonton berhamburan. Meski akhirnya ia memilih diam ditempat melanjutkan bacaan Alquran.

“Saat melihat penonton berlari, saya mau keluar dari ruang mimbar. Tapi saya lagi baca quran, yaudah terusin aja,” ujarnya saat ditemui Bimasislam usai penampilannya di Masjid Raya Sumatera Barat, Rabu (18/11).

Abdullah Fikry pun ikhlas bila titik gempa yang berada di Pesisir Selatan itu harus merenggut nyawanya.

“Saya sempat mikir, kalau harus mati yasudahlah,” imbuh Fikry dengan penuh kepasrahan.

Gempa berlalu, Fikry tetap melanjutkan bacaannya sampai waktu yang ditentukan. Saat keluar dari ruang mimbar, pelatihnya, Andrizal adalah yang pertama menyambutnya. Diikuti tim official Sumatera Barat.

Pelukan haru langsung berdatangan dari tim pendamping. Air mata Fikri pun akahirnya mengalir deras. Fikry berharap perjuangannya membaca saat gempa tadi dapat membawanya ke final.

“Alhamdulillah bisa menuntaskan tugas dengan baik, semoga bisa ke final,” harap Fikri optimis. (yos)