Agam  

Kilang Tebu Tradisional di Lawang Matur Jadi Objek Wisata

LUBUK BASUNG – Kilangan tradisional tebu untuk membuat gula merah, di Nagari Lawang, Kecamatan Matur, menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Di zaman modern saat ini, pengilangan tradisional memanfaatkan kerbau termasuk langka, karena masyarakat sudah banyak memakai peralatan mesin.

Berbeda dengan Asrul (57), sudah puluhan tahun menekuni usaha ini, masih memanfaatkan tenaga kerbau dalam mencari nafkah, bahkan usahanya itu dikagumi para pengunjung.

Asrul memanfaatkan sarana dan prasarana pengilangan unik ini, sehingga pengilangan dengan cara tradisional ini mampu menarik wisatawan untuk berkunjung ke tempat usahanya.

“Pengilangan cara tradisional dilakukan sudah sejak lama, karena hasilnya lebih bagus dari pada menggunakan mesin, bahkan jadi penarik wisatawan untuk berkunjung, “kata Asrul, Sabtu (8/9).

Matur, khususnya di Nagari Lawang memang terkenal dengan objek wisata alamnya, bahkan sudah dikenal sampai ke mancanegara.

Namun, dia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk menarik wisatawan yang berkunjung ke tempat usaha pembuatan gula merah Ni Des itu.

“Pernah dulu saya beralih menggunakan mesin dan tidak ada wisatawan yang berkunjung, berkat saran dari Dinas Pariwisata Agam, saya kembali menggunakan kerbau dengan cara ini saya cukup menjual gula merah di rumah saja,” ujar Asrul.

Tidak hanya wisatawan nusantara, wisatawan mancanegara juga datang menyaksikan kilangan tradisional itu, bahkan mereka ikut mengilang dengan Asrul dan berfoto-foto bersama kerbau pengilang tersebut.

Salah seorang wisatawan mancanegara dari Prancis, Simon mengagumi keragaman budaya dan cara hidup masyarakat Sumatera Barat, khususnya Kabupaten Agam. Di samping berkembangnya alat modern, masih ada warga yang menggunakan alat tradisional, seperti pengilangan gula merah.

“Kita tertarik, karena dapat membandingkan produksi sekarang dengan zaman dulu,” katanya.

Mereka antusias dengan keramahtamahan orang Minang, karena dimana mereka berwisata selalu disambut dengan senyum dan sapaan yang ramah. Bahkan, Simon sendiri merupakan pengagum budaya tradisional Minangkabau seperti pencak silat. (mursyidi)