Khotbah Ustad Viral H.Ristawardi, “Islam Bisa Hilang Di Indonesia”

SIMPURUIK. Menyaksikan fenomena akhir akhir akhir ini sewajarnya lah kita mengkhawatirkan Islam bisa hilang dari Indonesia. Fenomena itu terlihat jelas adanya upaya upaya sistematis dan masif merusak nilai Islam, baik dilakukan oleh orang orang luar Islam, maupun tindak tanduk orang Islam sendiri, bahkan orang yang dipercayakan memotori kehidupan beragama di negeri ini.

Kekhawatiran itu tergambar dari khotbah ustad H. Restawardi Dt. Batungkek Ameh dalam khotbah Idul Fitri di masjid Raya Nurul Huda nagari Simpuruik, Batu Sangkar Tanah Datar Rabu (10/4) hari ini.
Salat Idul Fitri di masjid terbesar di nagari Simpuruik itu diikuti oleh ribuan jemaah, sehingga jemaah meluber sampai ke halaman masjid.
Selama 15 menit dilakukan pengumpulan infaq, hasilnya untuk masjid Rp.25. 250.000, anak yatim Rp.5.720.000, dan untuk MTQ/MDA Rp. 1.800.000., total infaq Rp.32.770.000.
Lebih lanjut, ustad viral di medsos itu menguraikan bahwa fenomena diatas dilengkapi oleh pendidikan Islam di sekolah sekolah Islam seperti Tsanawiyah dan Aliyah yang dangkal ditambah pula oleh sikap masyarakat pada umumnya tidak peduli pendidikan agama yang mengakibatkan ulama bisa saja makin berkurang dan habis di negeri ini.

Untuk menyikapi kekhawatiran itu, Buya Restawardi mengajak jemaah untuk memasukkan anak anak ke sekolah sekolah dan pesantren. “Saya mendorong para orang tua untuk serahkan anak kita belajar di Pesantren, kalau tidak ulama bisa habis di negeri kita, bahkan agama bisa hilang.” kata Restawardi.

Ustad Restawardi mengatakan, Allah menjamin Islam tak hilang di dunia sampai hari kiamat. “Tapi Allah tidak menjamin Islam tak hilang di Indonesia” ujarnya.

Orang orang yang ditunjuk memotori Islam di Indoensia orang yang tidak mengerti Islam, dia menyebut Islam itu Arab, katanya. “Jika Islam itu Arab, Abu Jahal dan Abu Lahab itu Arab, apakah itu Islam?” katanya.
Prilaku toleransi yang tidak berkentuan juga menjadi sorotan ulama yang banyak belajar menjadi pendakwah secara otodidak. “Lihat salawat dilantunkan di gereja gereja, Islam sudah banyak dilecehkan sedemikian rupa” ujarnya.
Materi lain yang dikhotbahkan oleh ustad yang telah berusia 72 tahun tapi masih enerjik itu, menyebut kesulitan ekonomi akhir akhir ini, tapi jemaah masih dengan ringan merogoh kantong berinfak. “Orang rantau pulang, datang ramai ramai pulang kampuang. Sekarang ekonomi sulit, tapi jemaah antusias berlomba lomba juga mengeluarkan harta dan bersedekah” katanya.
Topik terakhir yang disampaikan Restawardi adalah tentang bencana dan kerdurhakaan kita. Dia mencermati fenomena alam, rata rata kita ditimpakan musibah karena kerdurhakaan sebagian umat.
Dia menyebutkan ayat Alquran yang kontekstual dengan musibah itu.
“Sekiranya penduduk suatu negeri, tetap beriman kepada Allah dan bertaqwa, Allah buka kan pintu Rahmat, bukan saja dari bumi tapi juga dari langit” kata Ustad

Dewasa ini, iman dan taqwa itu yang sudah tidak ada, maka Allah datangkan musibah “Kaum muslim kalau Rahmat yang sudah dicabut dari kita sudah banyak yang maka terjadilah musibah, seperti banjir lahar
gunung Marapi. Apa sebabnya? Karena dosa kita sudah banyak, apa dosa kita? Yang pertama adalah riba, contohnya kredit mobil. Itu adalah perbuatan Yahudi, banyak orang begitu, kita ikut pula” urainya.
Ustad Restawardi melanjutkan, bukan hanya kredit mobil, banyak ibu ibu yang terjerat julo julo sepuluh sebelas, begitu juga utang utang yang membuat malu bertemu orang.” Agar kita tidak di azab Allah, berhentilah berbuat riba” katanya.
Terakhir, Restawardi mengutip buya Hamka, kalau melihat orang Islam, lihat lah waktu salat hari raya, kalau melihat orang Islam yang beriman lihatlah waktu salat Subuh, tadi salat Subuh hanya satu shaf. “Sebanyak ini kita salat Idul Fitri, tadi subuh kemana kita, hanya satu shaf saja tadi yang berjemaah, saya imammya” kata mantan Karyawan PT. Semen Padang.
Akhir khotbah, jemaah diingatkan tentang anak, kembali lah kepada Allah dan Alquran, jangan berpecah belah, jangan banyak utang. “Adakah kita lihat pisang berbuah dua kali, tapi pisang bisa dibuat bermanfaat banyak kue, bermalam macam pisang. Jadilah kita seperti pisang berbuah hanya sekali, tapi memiliki banyak manfaat” katanya. (M.Khudri)