Kerugian Akibat Bencana Alam di Padang Pariaman Sekitar Rp9,1 Miliar

Kepala Kalakar BPBD Padang Pariaman Budi Mulya. (*)

PARIK MALINTANG – Padang Pariaman termasuk daerah yang rawan bencana alam berupa banjir dan tanah longsor. Hal ini sering terjadi di kala curah hujan turun deras, sehingga sungai dan saluran irigasi tak mampu menampung air tersebut, akhirnya melimpah ke badan jalan. Yang sangat memiriskan merendam rumah penduduk, kolam ikan dan areal pertanian. Begitupun longsor.

Kepala Kalakar BPBD Padang Pariaman Budi Mulya, Senin (23/12) menjelaskan selama tahun 2019 telah terjadi bencana sebanyak 200 kali di beberapa kecamatan. Dari bencana banjir dan longsor tersebut, ditaksir kerugian sebanyak Rp9,1 miliar. Sedangkan korban yang meninggal dunia sebanyak lima orang dan tiga orang luka-luka.

Banjir dan tanah longsor, bukan saja merendam dan menimpan rumah penduduk dari material juga ada beberapa jembatan yang putus dan rusak parah. Untuk jembatan yang mengalami rusak parah dan putus, ada yang bisa ditalangi perbaikkan dengan dana APBD, tapi yang rusak berat terpaksa memohon bantuan ke BNPB Pusat dan Kementrian PUPR RI.

Budi Mulya mengungkapkan dari 17 kecamatan yang sering mengalami musibah adalah Sungai Limau, Sungai Sariak dan Kecamatan Koto Kampuang Dalam.

Untuk 2020, pihaknya akan mengajukan anggaran untuk perbaikkan beberapa infrastuktur yang rusak akibat banjir dan longsor ke BNPB Pusat sebanyak Rp 169 miliar. “Ini belum termasuk kerugian yang terjadi selama 2019”, tuturnya.

Pasalnya, yang menentukan berapa dana yang di butuhkan itu, menjadi tanggung jawab Dinas PU menilainya dari infrastruktur yang rusak. Begitu, nilai dan angka di dapat, Pihak Dinas PU menyerahkan ke BPBD untuk diteruskan ke BNPB di Jakarta. (agus)