Kata Jenderal Giatkan Olahraga di Nagari

Fakhrizal bersama salah seorang mantan pemain Semen Padang FC (ist)

Mens sana in corpore sano. (Dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat.)

PADANG – Tiap nagari di sini, punya satu lapangan bola, dengan pengecualian beberapa nagari saja. Walau begitu, di paruh Orde Baru, banyak lapangan bola tingga sakarek, atau terdesak oleh bangunan SD Inpres. Tak ada lagi tanah, maka untuk sekolah, terpaksa tanah lapang dikorbankan.

Negeri kita, kata Jenderal Fakhrizal, adalah negeri dengan remajanya yang mandi keringat kala sore. Main bola, main volly, bulutangkis atau pimpong, di sebelahnya anak-anak main cakbur. Adayang latihan silat dan bela diri lainnya. Negeri kita, riang tak tertirukan. Hal serupa terus berlangsung hingga kini, lalu muncul permainan yang relatif baru, futsal.

Fakhrizal ingin, olahraga apa saja di nagari riuh. Olahraga rakyat yang bertujuan untuk kesehatan dan prestasi. Jika pergi ke nagari-nagari, kata dia, banyak sekali bibit berbagai cabang olahraga, namun kurang terasah. Bola kaki misalnya, lapangan bola adalah saksinya. Saksi bagaimana remaja desa bermain secara alami. Itupun menjadi hebat. “Bayangkan kalau dilatih secara profesional,” kata dia, Kamis (22/10).

Bulutangkis juga demikian, permainan yang satu ini, selalu ada di nagari, menjadi tontonan yang menegangkan. “Kita bisa menjemput masa jaya olahraga Sumatera Barat kembali, untuk itu perlu kebersamaan,” kata pemain bola ini.

Jenderal ingin ada lapangan bola lagi tiap nagari, walau mencari tanah susah. Ini disebabkan karena memang kampung mendesak ke jalan raya. Semua terisi, termasuk lapangan bola ada di sana.Yang masih punya, ia minta dipertahankan, sebab akan dipakai dari generasi ke generasi. “Kita coba perhatian nanti setelah Pilgub, sebab ini aset komunal, susah membuat lapangan bola itu sekarang, jadi saya punya atensi yang kuat pada hal itu,” kata Fakhrizal.

Pada tataran lebih tinggi, Fakrizal ingin Sumbar bicara di tingkat nasional, untuk jenis olahraga apapun, sebab itu akan menjadi kebangaan. Di Padang misalnya olahraga selaju sampan, dayung, renang, hebat. “Renang itu bagus sekali,”katanya. Cabang lain? Sama bagusnya, karenanya, setelah Pilgub, tugas dan beban membina cabang-cabang itu akan ia didistrisikan kepada individu atau perusahaan yang memang mampu untuk itu. “Kita berdoa saja, segalanya baik-baik saja,” kata dia. (malin kapalo koto)