Istano Basa Pagaruyung, Tiap Batu Sandi dan Tiang Punya Makna

Konstruksi lantai dasar Istano Basa arah kiri dari dalam. (yusnaldi)

BATUSANGKAR – Istano Basa Pagaruyung yang berdiri megah menantang zaman tetap hidup dalam ruang dan waktu menjadi kebanggaan bagi orang Minangkabau.

Bila memasukinya tiap sudut dan sisi dalam kontruksinya memiliki kebesaran-kebesaran yang bermakna kuat dalam praktek kehidupan keseharian, yang diatur dalam kesatuan adat dan syarak.

Ini tergambar jelas dalam kerangka dasar konstruksi bangunan Istano Basa, yang terdiri-dari batu sandi, tiang, dan tonggaknya.

Mengutip buku Panduan Istano Basa Pagaruyung ditulis tim Dispersnibud Tanah Datar 2004 dan H. DJ. Dt. Bandari LB Sati 1988, Falsafah Arsitektur Istano Pagaruyung menjelaskan maksud dan nilai kinstruksinya.

Dimulai dari batu sandi merupakan tempat berdirinya masing-masing tiang, keberadaan batu sandi memiliki makna sebuah kaum untuk masing-masingnya.


Konstruksi lantai dasar Istano Basa arah kanan dari dalam. (yusnaldi)

Sebuah batu sandi melambangkan kesepakatan dan kesatuan anggota kaum untuk memilih salah seorang laki-laki dalam kaum yang bersangkutan untuk menjadi pemimpin, suri tauladan, penasehat, wakil, dan pelindung mereka.

Batu sandi tersebut juga melambangkan dukungan anggota kaum untuk mematuhi, melaksanakan, dan mendukung kebijakan-kebijakan yang diambil untuk kepentingan bersama.

Diikuti tiang dimana dalam kontruksi bangunan Istano Basa Pagaruyung terdiri dari 72 buah tiang, 3 lantai, dan 11 gonjong.

Pengelompokkan tiang bangunan Istano Basa Paguruyang dibagi menjadi enam kelompok, masing-masing kelompok mewakili dan melambangkan peran berbeda sesuai dengan letak dan fungsinua.

Untuk pengelompokkan tiang Istano Basa Paaruyung adalah tiang panagua alek. Deretan pertama dari depan dinamakan tiang panugua alek yang mewakili dan melambangkan peran penghulu kaum sebagai penasehat dari setiap pertemuan, kegiatan sosial, dan keramaian di tengah-tengah masyarakat, deretan tiang panagua alek juga dinamakan tiang tapi.

Sementara, tiang temban deretan kedua dari depan dinamakan tiang temban mewakili dan melambangkan keramah-tamahan, suka menerima tamu, dan suka menolong tanpa membedakan agama, bangsa, dan warna kulit berdasarkan saling pengertian.