Integrasi Pelabuhan, Mimpi Wujudkan Indonesia Jadi Poros Maritim Dunia

Ilustrasi.

Oleh Eriandi

1 Oktober 2021 akan menjadi sejarah baru bagi transportasi laut Indonesia. Empat pelabuhan yang selama ini menjadi entitas berbeda, akan melebur menjadi satu. Bersinergi demi mewujudkan mimpi menjadi pemimpin ekosistem maritim terintegrasi dan berkelas di dunia, khususnya dalam standar pelayanan.

Empat Pelindo, yakni Pelindo I, II, III dan IV akan melebur dan bertransformasi menjadi PT Pelabuhan Indonesia. Dalam penggabungan tersebut, PT Pelindo II akan menjadi surviving entity atau perusahaan penerima penggabungan, sedang tiga lainnya akan melebur. Langkah menuju sinergitas itupun sudah melalui upaya yang panjang demi mendongkrak pertumbuhan ekonomi yang selama ini terkendala akibat masih tingginya ongkos logistik.

Dengan penggabungan itu, Pelindo menargetkan biaya logistik bisa turun sebesar 1,5 sampai 1,6 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2024. Selama ini, biaya logistik Indonesia disebut-sebut menjadi salah satu yang termahal di Asia, yakni 23,5 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto). Dibandingkan dengan China yang hanya 15 persen dan Malaysia dengan 13 persen. Penurunan biaya logistik tentunya akan berdampak signifikan, terutama bagi pelaku usaha logistik dan juga bagi pergerakan ekonomi secara luas.

Total aset dari penggabungan Pelindo mencapai Rp112 triliun dengan pendapatan diperkirakan akan mencapai Rp28,6 triliun. Dengan penggabungan itu, PT Pelindo akan menjadi operator peti kemas urutan 8 terbesar di dunia.

Direktur Utama Pelindo II (IPC) yang juga Ketua Tim Sinergi dan Integrasi BUMN dalam Layanan Pelabuhan, Arif Suhartono saat konferensi pers ‘Rancangan Penggabungan PT Pelabuhan Indonesia I, II, III, IV (Persero)’ yang berlangsung secara daring di Jakarta, Rabu (1/9/2021) menyebut, penggabungan pelabuhan bertujuan memperbaiki pelayanan, terutama waktu tunggu kapal dan bongkar-muat barang dari kontainer yang berdampak pada beban biaya logistik. Jika pelayanan, terutama waktu tunggu, bisa diperpendek, tentu akan berdampak pada efisiensi biaya logistik.

Selama ini, penyebab tingginya biaya logistik di laut, salah satunya karena operasi dan infrastruktur pelabuhan yang belum optimal. Dengan integrasi Pelindo, dipastikan produktivitas dan efisiensi pelayanan bisa meningkat. Pelindo nantinya bakal punya kontrol dan kendali strategis yang lebih baik. Pengembangan perusahaan akan lebih holistik yang pada akhirnya akan menurunkan biaya logistik.

Merger juga bertujuan meningkatkan layanan ke konsumen. Sebagai contoh, konsumen cukup hanya mengurus administrasi pelabuhan di satu tempat saja meski barangnya berpindah-pindah antar pelabuhan. PT Pelindo selanjutnya akan menciptakan standardisasi operasional dan palayanan pelabuhan, sehingga memberikan manfaat berupa efisiensi kecepatan dan ketepatan layanan bagi pengguna pelabuhan di seluruh wilayah.

Sementara itu, Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo dalam momen yang sama mengatakan, penggabungan dilakukan dalam rangka mewujudkan industri kepelabuhanan nasional yang lebih kuat. Penggabungan juga untuk meningkatkan konektivitas maritim di seluruh Indonesia serta meningkatkan kinerja dan daya saing BUMN di bidang kepelabuhanan.

Menurutnya, Integrasi Pelindo merupakan salah satu bagian program strategis Pemerintah dan inisiatif Kementerian BUMN untuk melanjutkan proses konsolidasi BUMN dalam layanan kepelabuhanan. Berdasarkan kajian, penggabungan adalah opsi yang paling sesuai karena dapat memaksimalkan sinergi dan penciptaan nilai tambah.

“Terintegrasinya Pelindo memiliki banyak manfaat bagi perusahaan maupun bagi ekonomi nasional. Salah satunya ialah dengan membuka kesempatan perusahaan untuk go global. Integrasi ini akan meningkatkan posisi Pelindo menjadi operator terminal peti kemas terbesar ke-8 di dunia dengan total throughput peti kemas sebesar 16,7 juta TEUs,” ujar Kartika.

Fokus ke Klaster-klaster Bisnis