Padang  

Inovasi dan Produksi Massal “Teh Sungkai Plus” dan Lowongan Kerja Masa Pandemi

PADANG – Tim Pengabdian kepada Masyarakat dari Jurusan Teknologi Hasil Pertanian (THP), Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta), Universitas Andalas (Unand) telah memulai melaksanakan kegiatan dengan mengajak beberapa orang mahasiswa di Pusat Pelatihan Pertanian Dan Pedesaan Swadaya (P4S) “Sungkai Permai” Kelurahan Lambung Bukit, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat.

Tim PKM itu terdiri dari Dr. Ir. Aisman, M.Si, Wellyalina, S.TP, M.P, Dr. Elidahanum Husni, M.Si., Apt., dan Dr. Henny Herwina.

Kegiatan pengabdian masyarakat yang diselenggarakan saat itu menurut Aisman adalah pendampingan pembuatan dan pengembangan produk teh daun sungkai yang dikombinasikan dengan bahan lainnya untuk meningkatkan nilai jual sebelum dikenalkan dan dijual secara luas ke masyarakat umum.

Kegiatan itu juga merangkul Rimbra, seorang petani tangguh yang juga menggagas Ekoeduwisata “Sungkai Green Park”, selain inovasi terbaru teh dari daun sungkai plus yang memiliki banyak khasiat seperti menyegarkan tubuh, kaya antioksi, menjaga kebugaran, menambah nafsu makan, dan juga dapat meningkatkan imunitas tubuh.

Ada beberapa teh yang diproduksi dan dikembangkan, seperti teh ori, stevia, dan sungkai plus.

Pada kegiatan pengabdian masyarakat ini pengembangan produk teh sungkai plus, memiliki komposisi yaitu daun sungkai, jahe merah, pandan wangi, sereh, dan bahan lainnya. Perbandingan bahan tersebut adalah 2:1, sebelumnya daun sungkai dan rempah dikeringkan dengan cahaya matahari diletakkan di atas tanur dengan suhu 32-75 ̊ C.

Setelah dikeringkan selama tiga hari ditandai dengan bahan yang sangat kering maka dilakukan penghalusan semua bahan tersebut dengan cara dicampur. Setelah itu baru dilakukan pengemasan.

Rimbra mengatakan bahwa setiap kotak yang berisi 10 kantong teh Sungkai Plus celup, dijual dengan harga Rp. 30.000, penyajiannya pun sederhana dengan diseduh air panas.

Tim PKM dari THP Fateta Unand akan membantu mengembangkan juga terutama dalam kontrol kualitas produksi Teh Sungkai Plus ini. Henny Herwina, pakar penangkaran kelulut atau galo-galo juga menyarankan pengembangan teh sungkai dengan madu kelulut.

Elidahanum juga berharap, dari terobosan yang dilakukan ini dapat meningkatkan minat masyarakat akan produk produk tradisional yang akan diedarkan secara luas.

Selain itu, Wellyalina menyatakan bahwa Teh Sungkai Plus akan diproduksi secara masal, sehingga juga dapat membuka lowongan kerja di masa pandemi bagi masyarakat sekitar yang banyak kehilangan pekerjaan. (rel)