Indonesia Stabil Berkat OJK Penjaga Perekonomian di Masa Pandemi

Hendri Nova
Wartawan topsatu.com

“Segeralah investasikan uangmu ke emas, karena Indonesia sudah masuk resesi ekonomi.”
Pesan berantai seperti ini silih berganti masuk dalam pesan di media sosial Whatsapp. Di bawah pesan disertakan banyak link berita dari media-media besar, memuat pernyataan banyak ahli sampai kepada menteri.

Alhasil, banyaklah masyarakat membeli emas, sehingga harga emas naik tinggi. Posisi terakhir sudah berada di angka Rp1 juta lebih, untuk satu gram emas. Bahkan di bursa saham, juga menunjukkan bukti nyata dengan naiknya saham Antam dengan kode ANTM.
Kondisi ini makin meningkat, dengan komentar Presiden Jokowi di CNN Indonesia.

Jokowi memastikan Indonesia akan terperosok ke jurang resesi ekonomi pada kuartal III tahun ini. Ia memperkirakan ekonomi akan minus sekitar 3 persen pada kuartal tersebut.
Dengan pertumbuhan tersebut, berarti ekonomi Indonesia mengalami resesi. Pasalnya, ekonomi sudah terkontraksi 5,32 persen pada kuartal I 2020 kemarin.

Meski bergerak membeli emas, aroma resesi tidak sampai membuat panik masyarakat secara luas. Di tingkat bawah, kehidupan berjalan masih seperti biasa.

Tidak ada terlihat panic buying, masyarakat masih beraktivitas seperti biasa. Begitu juga di bank, tak terlihat kepanikan masyarakat menguras uangnya di bank, sehingga suasana tenang masih tercipta.

“Pembelian beras masih seperti biasa. Begitu juga sembako lainnya seperti gula, minyak goreng, tepung, dan lainnya. Semua masih berjalan seperti biasa,” kata Sabak, salah seorang pedagang sembako.

Terkait harga, menurutnya juga masih stabil saja. Beras kelas menengah masih dijual dengan harga Rp12.000 per kilogram. Sementara kelas premium juga stabil di kisaran Rp13-15,000 per kilogram.

“Hanya minyak goreng kemasan saja yang memang naik harganya. Naiknya per kemasan sekitar Rp2-3.000,” ungkapnya.

Stabilitas sistem keuangan terjaga

Apa yang terjadi di level masyarakat, tentu tidak terlepas dari ada jaminan dari Pemerintah agar masyarakat tidak melakukan pembelian secara berlebihan. Berlimpahnya pasokan sembako, membuat masyarakat merasa keadaan masih terkendali.

Tentu lain ceritanya, jika toko-toko sembako kosong. Masyarakat akan panik sehingga terjadilah perburuan sembako, sampai bisa terjadi perebutan antar masyarakat.