Indonesia Berhasil Jadi Presiden G20

Para narasumber memberikan materi dalam diskusi hasil presidensi G20 di Bali. (Hendri Nova)

BALI-Indikator keberhasilan Presidensi G20 Indonesia menurut Prof. Hikmahanto Juwana yang menjadi narasumber dalam acara diskusi hasil presidensi G20 di Bali, bisa dilihat dari hampir semua kepala negara, kepala pemerintahan, dan pimpinan organisasi internasional hadir di Bali.

Selain itu, selama G20 penyelenggaraan keamanan terkendali dan keselamatan kepala negara dan kepala pemerintahan terjamin. Berbagai program dari tiga fokus tema yang diusung oleh Indonesia “Recover Together, Recover Stronger” selama satu tahun berhasil disepakati sebagai terobosan bagi pertumbuhan perekonomian dunia.

“Presiden Jokowi mendapat apresiasi dari dunia terkait upaya untuk menyelesaikan perang di Ukraina meski hingga saat ini masih berlangsung,” katanya, di Hotel Intercontinental Bali Rabu, (7/12).

Ia mengatakan, banyaknya bilateral meeting yang dilakukan di sela-sela KTT G20 dan yang menjadi bilateral meeting terpenting adalah pertemuan antara Presiden AS, Joe Biden dan Presiden China Xi Jin Ping yang berkomitmen untuk bersaing tanpa melibatkan penggunaan senjata dan kekerasan.

“Tidak ada negara yang kehilangan muka dalam Leaders’ Declaration meski Rusia mendapat kecaman dari sebagian anggota G20 yang merujuk pada Resolusi Majelis Umum mengingat dalam deklarasi disebutkan bahwa Forum G20 bukan tempat pembahasan masalah politik,” tambahnya.

Sementara Fithra Faisal Hastiadi dari Kementerian Perdagangan RI mengatakan, menjadi ketua (Presiden) Group of Twenty (G20) tahun 2022 adalah kehormatan sekaligus tantangan bagi Indonesia. Institusi internasional yang terdiri atas negara-negara ekonomi terbesar di dunia ini (menyumbang 80% GDP dunia, terdiri atas 79% perdagangan dunia dan dihuni 60% penduduk dunia).

“Bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi dunia yang kuat, berkelanjutan, dan berimbang. Kesempatan yang langka ini dapat dimanfaatkan Indonesia tidak hanya untuk berkontribusi bagi terbentuknya tata dunia yang lebih adil, tapi juga untuk memperjuangkan kepentingan nasional di forum internasional,” katanya.

Presidensi Indonesia di G20 membuka peluang lebih besar untuk mempengaruhi global governance melalui agenda setting dan berbagai mekanisme lainnya. Struktur institusi G20 yang terbentuk dari Finance Track dan Sherpa Track, memungkinkan Indonesia untuk ikut mempengaruhi agenda setting dunia tidak hanya di bidang keuangan dan perekonomian tapi juga di bidang-bidang pembangunan lainnya seperti perubahan iklim, ketenagakerjaan, pendidikan, pembangunan sumber daya manusia, kesehatan dan cross-cutting issues seperti gender dan anti-korupsi.

Mekanisme G20 yang terdiri atas berbagai pertemuan, kajian, perbandingan, diskusi dan negosiasi dalam Working Groups dan Task Forces memungkinkan intervensi Indonesia pada berbagai tahap dalam perumusan keputusan G20 yang secara de facto berfungsi sebagai global governance.

Selain itu, mekanisme Engagement Groups dalam G20 memungkinkan Indonesia melibatkan partisipan dari berbagai unsur lapisan masyarakat (non-state actors) yang memindikasikan demokratisasi dalam membahas dan menentukan isu-isu strategis di tatanan global.

“Manfaat strategis penyelenggraan presidensi G20 oleh Indonesia tahun 2022 dapat dibagi atas manfaat ekonomi, manfaat politik dan manfaat bagi pembangunan sosial. Manfaat ini dapat ditimbukan oleh main event (summit) maupun side events (pra-summit),” ungkapnya.

Sedangkan Ida Bagus dari Bali mengatakan keberhasilan pelaksanaan event ini diperkirakan dapat meningkatkan level of confidence wisman untuk berkunjung ke Bali.

“Manfaat insfrastruktur, pemerintah pusat sudah menghabiskan dana untuk memperbaiki dan mempercantik Kawasan Nusa Dua, Kuta, Sanur dan Ubud sebagai lokasi utama penyelenggaraan kegiatan KTT G20,” katanya.

Hampir 90 Persen Anggaran G20 untuk perbaikan Infrastruktur Bali berdasarkan keterangan Kementerian Keuangan, pemerintah menggelontorkan anggaran Rp674 miliar untuk persiapan dan pelaksanaan rangkaian pertemuan G20 Bali.
Sedangkan manfaat ekonominya, kontribusi G20 diperkirakan mencapai US$533 juta atau sekitar Rp7,4 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2022. Sebagain besarnya akan berdampak bagi perekonomian Bali. Konsumsi domestik yang di dorong oleh rangkaian forum G20 diperkirakan naik sampai Rp1,7 triliun, serta menyerap tenaga kerja hingga 33.000 orang. Terutama tersebar ke sektor transportasi, akomodasi, usaha mikro kecil menengah. (UMKM) dan MICE atau meeting, incentive conference exhibition. (106)